Mohon tunggu...
MUHAMMAD REZA SASMANA
MUHAMMAD REZA SASMANA Mohon Tunggu... Seorang Mahasiswa Aktif Pasca Sarjana (S2) Konsentrasi Manajemen SDM

ASN Pemerintahan Provinsi Banten, Mahasiswa Aktif Pasca Sarjana (S2) Konsentrasi Manajemen SDM Universitas Pamulang, Rutin berolahraga di hari jumat (futsal), side job sabtu-minggu (event konser)

Selanjutnya

Tutup

Financial

Budaya Kerja Generasi Z: Keseimbangan hidup, kesehatan Mental dan Kompensasi Maksimal

30 September 2025   08:35 Diperbarui: 30 September 2025   08:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya kerja generasi Z (Gen Z) menghadirkan paradigma baru yang menantang cara tradisional dalam dunia kerja. Gen Z yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini, menempatkan nilai diri dan kualitas hidup sebagai prioritas utama, yang tercermin dalam ekspektasi kompensasi mereka yang tinggi dan beragam. Tidak hanya mencari gaji besar, mereka juga menghendaki keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, fleksibilitas waktu, lingkungan kerja inklusif, serta peluang pengembangan diri yang jelas.

Fenomena ini dipicu oleh kesadaran Gen Z akan pentingnya mendapatkan imbalan yang sepadan dengan kontribusi yang mereka berikan, serta keinginan mereka untuk merasakan arti dan tujuan dalam pekerjaan. Mereka melihat pekerjaan sebagai sarana aktualisasi diri dan kebahagiaan, bukan sekadar penghasilan semata. Oleh karenanya, aspek non-finansial seperti feedback konstruktif, mentorship, dan budaya kerja yang mendukung kreativitas sangat penting bagi mereka.

Studi kasus di pasar kerja Indonesia 2025 menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Gen Z dan Milenial sebagai motor penggerak transformasi budaya kerja. Data menunjukkan bahwa 28% Gen Z lebih memilih mengubah industri atau jalur karier demi mendapatkan keseimbangan kerja-hidup yang lebih baik. Mereka juga sangat memprioritaskan keamanan finansial, dengan 41% menganggap kurangnya tabungan sebagai masalah besar dan lebih dari 50% memilih pekerjaan yang menawarkan asuransi kesehatan dan stabilitas kerja. Sekitar 60% Gen Z ingin pekerjaannya berdampak positif terhadap dunia, menunjukkan kecenderungan pada pekerjaan yang bermakna dan tujuan-driven.

Namun, di tengah tingginya ekspektasi kompensasi, fenomena burnout dan disengagement juga menjadi tantangan. Kelelahan emosional dan tekanan kerja tanpa dukungan yang memadai dapat menurunkan dedikasi dan keterlibatan kerja Gen Z. Fenomena "quiet quitting" atau diam-diam berhenti berkontribusi maksimal, mulai muncul sebagai strategi melindungi diri dari lingkungan kerja yang tidak sehat. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk membangun kultur kerja yang suportif, terbuka, dan menyediakan sumber daya yang cukup untuk menjaga motivasi dan kesejahteraan karyawan Gen Z.

Bagi perusahaan, menghadapi ekspektasi kompensasi tinggi Gen Z bukan hanya tentang menaikkan gaji, tetapi merancang paket kompensasi yang komprehensif dan holistik. Termasuk tunjangan kesehatan mental, pengembangan karir, fleksibilitas kerja, serta kepemimpinan yang adaptif dan suportif. Perusahaan yang mampu mengelola ekspektasi ini dengan transparansi dan komunikasi efektif akan mampu menarik dan mempertahankan talenta terbaik dari generasi ini.

Secara keseluruhan, budaya kerja Gen Z mencerminkan perubahan nilai dan paradigma di dunia kerja modern yang mengedepankan keseimbangan hidup, makna pekerjaan, serta penghargaan yang adil. Adaptasi strategi manajemen sumber daya manusia dan pengembangan budaya organisasi yang relevan menjadi kunci keberhasilan dalam menghadapi transformasi ini, membangun tenaga kerja yang produktif, inovatif, dan berkelanjutan di era digital dan ekonomi masa depan di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun