Mohon tunggu...
Muhammad Supawi
Muhammad Supawi Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bacalah apa yang kau tulis tulis lah apa yangkau baca, bukan kah Tuhan Menyeru Untuk membaca?

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeriku Entahlah

15 Maret 2015   12:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:38 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1426395502207806231

[caption id="attachment_402906" align="aligncenter" width="300" caption="nestapa rakyat miskin"][/caption]

semakin ngeri melihat pergulatan politik ditubuh bangsa ini. pertarungan intenal partai yang kian meruncing, adu kekuatan masing-masing lembaga hukum. ketidak percayaan publik menyebabkan hilangnya  legitimasi hukum di negeri ini.

para bangsawan enggan melihat betapa semakin mengerdilnya orang-orang yang berada dilapisan bawah sana. mereka yang menginginkan kedamian republik, mereka yang bercita-cita sederhana, hanya untuk sekedar hidup dan mencukupi anak istri dan keluarganya. Mereka yang tidak pernah merasakan bagaimana hidup dalam kekenyangan, bergelimangan kekayaan. mereka yang rata-rata memiliki pendidikan yang rendah, kemampuan yang lemah. para orang jompo, kaum du'afa fakir miskin. tingkat kemiskinan per 2014, yang diambil dari data BPS berjumlah 28,28 juta orang, dan Indonesia menempati urutan 122 dari negera termiskin didunia (VIVA.com)

Mereka para pejabat, birokrat itu tidak melihat bahwa betapa menderitanya mereka-mereka yang berada dibawah. mengapa para pejabat itu  terlalu lama berkutat diantara lingkaran politik negeri yang penuh dengan ilusi manipulasi? cobalah berhenti sebentar, tengoklah kebawah, mereka sedang berjuang bertahan untuk hidup. melawan berperang untuk hadapi  tamparan kerasnya samudra hidup.

perjuangan secara politis dalam komplik ditubuh  politik tidak bisa dijadikan alasan utnuk berlama-lama berada dilingkaran perseteruan antara kebenaran dan kesalahan yang absurd tersebut, sementara rakyat Indonesia dengan segala penderitaanya sudah tidak sabar lagi menunggu legitimasi hukum pemerintahan yang dilakukan para pejabat tersebut yang masih diliputi komplik dan perpecahan.

pada akhirnya, hukum rakyatlah yang sering dijalankan. Hukum rakyatlah barangkali lebih tepat dan cepat dilakukan tanpa melalui regulasi nan pelik  ala para politikus yang bergengsi itu. para pembegal, maling kelas teri adalah contoh dari legitimasi hukum yang rakyat sendiri menjadi eksekutor.

Hendaknya, para koruptor mahadahsyat dinegeri ini digiring, diarak-arak didepan warga Indonesia, biar merekalah yang menyelesaikannya tanpa melalui proses hukum yang terkadang tidak fair!. biar mereka tahu betapa mengerikan hukum rakyat jelata, dibanding Keputusan Kejaksaan Tinggi Negeri, Kejaksaan Tinggi Agung, Mahkamah Agung yang sarat dengan politik transaksional!

wooiii para petinggi negeri..sudahlah.... serahkan saja koruptor itu ditangan Kami...biar kami yang mengadili..mereka memakan hak kami, mereka mencuri harta kami....mereka sama dengan pembegal, maling, rampok...mari sini! biar kami bakar mereka!

ahhh..negeriku...entahlaaahhh....

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun