Mohon tunggu...
Muhammad Salman Asaduddin
Muhammad Salman Asaduddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi olahraga

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Sudah Pantaskah Partai Politik Disebut Sebagai Pilar Demokrasi di Indonesia?

27 Maret 2023   22:12 Diperbarui: 27 Maret 2023   22:29 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu elemen penting yang harus ada dalam negara demokrasi adalah partai politik. Karena partai politik disebut-sebut sebagai sarana komunikasi politik atau penyambung antara pemerintah dengan masyarakat, partai politik sebagai sosialisasi politik, partai politik sebagai rekrutmen politik, partai politik sebagai pemberes konflik. 

Namun, pada kenyataannya tidak semua partai politik bisa menjalankan apa yang menjadi tujuan dari partai politik ini untuk mewujudkan sistem demokrasi yang stabil dan baik. 

Layaknya kehidupan masyarakat, tidak selalu apa yang mereka impikan selalu terjadi, pasti selalu saja ada tantangan yang harus ditemui untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan.

Masalah yang umumnya terjadi pada partai politik adalah personalisasi di dalam partai politik. Maksud dari personalisasi adalah biasanya kebijakan yang diambil oleh partai politik bukanlah keputusan bersama dengan seluruh kader partai politik tersebut, melainkan hanya petinggi partai politik saja. 

Hal yang membuat keresahan dalam diri saya adalah, partai politik yang sebenarnya menggambarkan sistem yang demokratis dalam sebuah negara demokrasi, justru sistem yang di jalankan pada partai politik itu sendiri saja tidak demokratis. 

Hal ini bisa saja membuat para elit partai politik bisa mengubah arak gerak partai tersebut tanpa adanya perlawanan dari kader partai politik tertentu. Hal tersebut bisa menyebabkan adanya absolut kekuasaan yang terjadi pada suatu partai politik.

Dari permasalahan personalisasi tadi, bahkan bisa memunculkan masalah baru lagi yang akan timbul, yaitu krisis kepercayaan masyarakat terhadap partai politik yang seharusnya menjadi penyambung komunikasi dengan pemerintah. Ketika personalisasi partai politik digunakan untuk membuat keputusan yang sewenang-wenang ataupun tidak sesuai dengan arah gerak partai, masyarakat pun akan menilai buruk partai politik tersebut. 

Jika sudah muncul masalah lemahnya hubungan antara masyarakat dengan partai politik, ini menandakan adanya gangguan pada sistem demokrasi yang seharusnya partai politik bisa menjadi wadah aspirasi bagi masyarakat untuk menyuarakan keresahan mereka kepada pemerintah, justru malah timbul krisis kepercayaan dari masyarakat kepada partai politik.

Permasalahan itu membuat saya berpikir bahwa saat ini, partai hanyalah menjadi kendaraan politik bagi orang-orang yang ingin mencalonkan diri untuk legislatif misalnya. Seperti yang terjadi sekarang, banyaknya partai politik di Indonesia membuat bingung banyak masyarakat apa yang menjadi pembeda di antara banyak partai politik yang ada. 

Semua partai politik kompak menyuarakan kesejahteraan masyarakat berdasar kepada Pancasila dan Undang-Undang, lalu jika begitu yang bisa masyarakat bedakan di antara semua partai hanyalah kader-kader partai yang ada, bukanlah sebuah gagasan yang mereka gaungkan. 

Sekarang semua partai hanyalah mengutamakan kepentingan mereka saja, utamanya untuk merebut kursi legislatif yang di perebutkan pada pemilihan umum nasional maupun regional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun