Bulan lalu, penulis melakukan kegiatan PKL (Praktik Kerja Lapangan) di salah sebuah koperasi syariah BMT (Baitul Mal Wat Tamwil) yang lokasi kantornya berada di depan persis Pasar Kebalen, Kota Malang.
Kali ini yang penulis ambil yaitu dari sudut pandang cerita keseharian dan gaya hidup pedagang pasar saat penulis dan pegawai BMT berkeliling melakukan penarikan tabungan ke nasabah.
Ada suatu saat ketika nasabah itu bercerita sambil membawa segenggam ikan kering dan berkata "Ini buat makan sehari saya". Kemudian lantas pegawai di samping penulis berkata, "Ibu sangatlah hemat, pasti besok kaya".
Kemudian dibalas, "Yaiya dong, nanti kalau tidak begini, Mas-nya enggak bisa narik tabungan ke saya." Pegawainya sambil tersenyum menjawab "Betul sekali Bu, Terimakasih lho."
Memang betul nominal tabungan ibu tersebut jumlahnya cukup banyak dan konsisten. Oh iya, BTW kalau menabung di BMT itu tidak ada minimal menabung. Uang kecil pun bisa ditabung, yang penting jika merunut kata pegawainya "Gak papa Bu nabung 5 ribu, yang penting tiap hari hehe, jadi saya senang nanti."
Sekilas dari cerita di atas, memang berjualan di pasar itu kadang untung kadang rugi. Kita tidak bisa memprediksi dapat uang berapa hari ini, sebab semuanya itu tidak menentu.Â
Dan memang orang pasar itu terkenal dengan orang yang paling hemat. Hal itu bisa dibuktikan bahwa mereka itu lebih suka uangnya ditabung ketimbang dipakai konsumtif.Â
Tidak ada istilahnya mereka mengenal investasi. Bagi mereka dan saya juga, tetap mengikuti prinsip zaman kuno, kalau mau ingin kaya atau masa depan yang cerah, maka menabunglah.
Tabungan sendiri digunakan untuk anak-cucu mereka. Sama seperti nenek saya, yang bahkan ketika dikasih uang bulanan oleh orang tua saya, sama sekali tidak digunakan, bahkan ditabung. Mengapa demikian? Sebab supaya anak-cucu mereka tidak merasakan susahnya cari uang hanya untuk makan hari ini.
Jadi, masalah yang penulis hadapi hanyalah bagaimana belajar dengan hasil yang baik titik, enggak pernah ada tuh kesulitan pangan. Sebab hal itu sudah dilakukan oleh nenek dan juga orang tua saya zaman dulu.
Tentu sebagai anak yang menjadi penerus perjuangan orang tua, harus bisa memanfaatkan waktunya dengan belajar yang baik. Supaya dapat masa depan yang cerah.