Mohon tunggu...
muhammad sadji
muhammad sadji Mohon Tunggu... pensiunan yang selalu ingin aktif berliterasi

menulis untuk tetap mengasah otak

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pengalaman Dikhitan dan Menjalankan Puasa Ramadhan di Bulan Puasa Pertama Kali

18 Maret 2025   23:49 Diperbarui: 18 Maret 2025   23:49 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Khitanan Massal di Masjid Al-Muhajirin Perumahan Jatikramat Indah I pada tanggal 21 Desember 2024. (Sumber Website Al Muhajirin)

Salah satu agenda tahunan kegiatan sosial di Masjid Al Muhajirin Komplek Perumahan Jatikramat Indah I -- Bekasi adalah acara khitan massal. Umumnya diikuti oleh anak-anak usia Sekolah Dasar. Oleh karena itu acara khitan massal diadakan bertepatan liburan panjang sekolah yang jatuh pada bulan Desember 2024/Januari 2025. Ada lebih dari seratus orang anak yang mengikuti khitan massal tersebut. Acara khitan massal memang sangat menguntungkan bagi anak-anak, mereka makin berani karena banyak temannya. Walau pun lokasi khitan di lingkungan masjid, acara hiburan tetap diadakan tetapi bernafas Islam dan ceramah memberikan nasihat juga diberikan untuk bekal anak menyongsong usia remaja yang penuh gejolak dan banyak tantangan.

       Dikhitan itu berarti seseorang sudah dikukuhkan sebagai muslim. Saya juga mengalami dikhitan ketika duduk di kelas dua Sekolah Dasar. Suatu hari Pak De berembug dengan Bapak dan saya mendengar, katanya saya sudah waktunya untuk dikhitan. Sewaktu saya ditanya dan menyatakan berani, waktunya kemudian ditetapkan yang bertepatan dengan liburan sekolah. Saya dibuatkan baju lengan panjang berwarna kuning emas berkantong empat, mungkin karena kelak banyak menerima hadiah uang dari para tamu. Acaranya memang pesta khitanan sederhana dengan mengundang tetangga, keluarga besar dan kenalan serta sahabat orangtua saya. Kelak saya memahami, bahwa hidup di pedesaan, apabila punya anak laki-laki atau anak remaja, pasti suatu saat akan dikhitan dan yang remaja kalau dapat jodoh akan ada pesta untuk mendatangkan undangan. Semacam arisan hajatan untuk mendapatkan dana yang terus bergulir di desa saya waktu itu. Alhamdulillah, ketika itu saya sudah bisa membantu keluarga besar untuk mendapatkan dana dan rejeki karena berani dikhitan.

       Dikhitan sendirian, menggunakan jasa juru khitan desa yang disebut Calak. Subuh sudah bangun, mandinya berlama-lama supaya badan menjadi dingin dengan maksud agar tidak merasa sakit waktu dikhitan. Mandi ternyata cara membius ala pedesaan sambil berdebar-debar menunggu datangnya Pak Calak dan membayangkan betapa sakitnya nanti.

       Pak Calak datang, dan hati pun berdebar. Saya duduk di kursi, kemudian Bapak memegang pundak saya sebelah kanan sedangkan Emak memegang pundak sebelah kiri. Setelah dibacakan doa, ritual khitan selesai, sangat cepat dan saya meringis kesakitan yang kemudian seingat saya diberi puyer oleh Pak Calak. Setelah sembuh, orangtua menasihati, apabila seseorang telah dikhitan, berarti dia sudah menjadi seorang muslim. Dia harus mulai rajin menjalankan sholat wajib lima waktu dan mengaji Al Qur'an. Karena letak masjid dekat rumah, sehingga mudah mengikuti anjuran orangtua dengan lebih rajin lagi. Malam hari setelah sholat maghrib, bersama teman-teman pergi mengaji turutan, istilah Al Qur'an Juz Amma di kampung saya. Tempatnya di Mushola atau Surau atau Langgar gang Rayung yang dibimbing oleh Ustadz Ali. Pergi ke Masjid dan juga ke Mushola saya selalu bersama teman akrab Djazuli yang sehari-harinya sangat jenaka dan bersahabat. Model mengajinya dengan cara menghafal yang ternyata di kemudian hari saya pahami, kebiasaan menghafal bisa bermanfaat dalam meningkatkan sel otak. Setelah di Masjid Jami Benjeng diadakan pengajian anak-anak, saya dan teman-teman kemudian pindah ke Masjid Jami yang dibimbing oleh Ustadz Maarif yang dinas di KUA (Kantor Urusan Agama) Benjeng. Ditambah lagi ada bimbingan mental - spiritual yang diberikan Pakde Khoderi pada setiap sore hari. Setelah sholat Ashar, Pakde memberikan cerita tentang Nabi dan Rasul serta dongeng yang sangat menarik dan berkesan sambil duduk-duduk atau tiduran  di balai-balai yang terbuat dari bambu di teras rumah sampai menjelang waktu Maghrib.

       Yang juga menjadi kenangan adalah pertamakali menjalani ibadah puasa Ramadhan ketika di kelas dua itu karena status sudah dikhitan. Orangtua menyuruh mulai belajar dulu dengan berpuasa setengah hari saja, tetapi saya jalani sampai penuh sebulan dan kata orangtua, saya kelihatan kurus waktu itu. Mengenang Ramadhan kala itu, saya jadi  selalu teringat teman sepermainan Affandi Zuhri, Mulyono, Kasman, dan tentu saja Djazuli yang selalu seia-sekata sewaktu berbuka puasa bersama di Masjid. Setelah pulang makan lalu dilanjutkan sholat tarawih sebanyak 23 rekaat yang selalu menyenangkan di masa kanak-kanak. Apabila Ramadhan tiba, semua kenangan indah dan menyenangkan itu datang membayang seperti dialami kembali. Surat Al Fatihah untuk teman-teman yang baik, Kasman, Mulyono dan Djazuli yang sudah berpulang ke Rahmatullah, semoga semua amal ibadah dan kebaikannya diterima Allah subhanahullah ta'ala. Aamiien ya rabbal 'alamin.*****Bekasi, Ramadhan 2025.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun