Mohon tunggu...
muhammad riza widoyo
muhammad riza widoyo Mohon Tunggu... Pelaksana KPPN Banyuwangi

Pegowes cari keringet

Selanjutnya

Tutup

Financial

Optimisme Dukungan Program Makan Bergizi Gratis

19 Juni 2025   10:53 Diperbarui: 19 Juni 2025   10:53 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi KPPN Banyuwangi - Kemenkeu Mengajar

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan inisiatif strategis pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi dan motivasi belajar siswa di seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Selain itu, program ini juga menyasar kelompok rentan lainnya seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Untuk mendukung implementasi program berskala nasional ini, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 71 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, dengan rencana peluncuran awal pada Januari 2025.

Kabupaten Banyuwangi telah menunjukkan komitmen dan proaktivitas yang tinggi dalam menyambut program MBG ini. Berbagai uji coba telah dilakukan sebagai persiapan, dan program ini secara resmi diluncurkan pada 3 Februari 2025 di wilayah Banyuwangi. Pada tahap awal implementasinya, program MBG di Banyuwangi telah berhasil menjangkau 28 sekolah, melayani total 2.913 siswa dari berbagai jenjang, termasuk Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan satu pondok pesantren, yang semuanya berlokasi di Kecamatan Rogojampi. Antusiasme siswa dalam mengonsumsi makanan yang disediakan mencerminkan penerimaan positif terhadap program ini.

Dengan potensi yang dimiliki Banyuwangi, diharapkan mampu menjadi model praktik terbaik dalam implementasi program MBG berbasis lokal, dengan menawarkan pelajaran berharga tentang bagaimana inisiatif nasional dapat disesuaikan dan dioptimalkan di tingkat daerah dengan memanfaatkan sumber daya dan program yang sudah ada. Hal ini tidak hanya mendukung tujuan gizi nasional tetapi juga memperkuat ketahanan pangan lokal dan kesejahteraan masyarakat petani dan nelayan di daerah.

Komoditas pangan, buah, perikanan Banyuwangi

Kabupaten Banyuwangi memiliki sektor pertanian yang sangat vital, dan menjadi salah satu pilar utama perekonomian daerah. Sektor ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan lokal tetapi juga berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional. Banyuwangi dikenal sebagai salah satu "lumbung padi" di Provinsi Jawa Timur. Selain itu, jagung juga merupakan komoditas tanaman pangan penting di Banyuwangi. Hal ini tampak dari panen raya jagung secara serentak telah dilaksanakan pada Juni 2024, menegaskan ketersediaan komoditas ini. Komoditas lainnya meliputi kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar.

Di sektor hortikultura juga sangat produktif. Untuk sayuran, cabai rawit sebagai komoditas dengan produksi terbesar, diikuti oleh cabai besar dan komoditas sayuran penting lainnya yang dihasilkan seperti bawang merah, tomat, kacang panjang, dan terung. Pada kategori buah-buahan, jeruk Siam merupakan komoditas unggulan dengan produksi terbesar, diikuti oleh produksi Buah naga yang menunjukkan potensi luar biasa, sehingga Banyuwangi dikenal sebagai penghasil buah naga terbesar di Indonesia, dengan produk yang diekspor ke Singapura dan sejumlah negara Eropa. Melalui ekspor buah naga dan tingginya produksi jeruk Siam menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki nilai ekonomi tinggi yang sangat menarik bagi petani. Ini bisa menjadi peluang besar untuk pasokan bahan pangan segar bagi program MBG.

Periode Panen tanaman berpengaruh pada ketersediaan bahan pangan yang stabil, sebagai bahan pokok untuk program MBG. Banyuwangi menunjukkan keunggulan dalam hal memiliki kemampuan untuk panen padi hingga 4 kali setahun. Musim tanam utama umumnya berlangsung dari November hingga Maret, sementara musim kemarau yang terjadi pada April hingga Juli. Sehingga jadwal panen padi secara umum terjadi pada bulan April-Mei. Kemampuan panen padi yang sering ini memberikan stabilitas pasokan bahan pangan pokok yang sangat menguntungkan untuk program MBG. Selain itu untuk panen raya jagung telah dilaksanakan pada periode Juni. Sedangkan untuk periode panen buah-buah diantaranya Melon yang memiliki musim tanam dan panen berlangsung sepanjang tahun. Buah Jeruk dengan periode musim panen jeruk berlangsung dari Juli hingga November. Buah manggis, durian, dan rambutan yang memiliki musim panen pada bulan September hingga Desember. Buah Naga yang menjadi produk unggulan Banyuwangi memiliki keunggulan karena dapat berbuah setiap bulan dan merupakan komoditas yang tersedia sepanjang tahun Buah lainnya yaitu pisang, nangka, dan papaya yang merupakan komoditas ini tidak mengenal musim panen dan tersedia sepanjang tahun. Kemampuan Banyuwangi untuk panen padi hingga empat kali setahun dan ketersediaan buah-buahan seperti melon dan buah naga sepanjang tahun memberikan stabilitas pasokan bahan pangan pokok dan segar yang sangat menguntungkan untuk program MBG. Ketersediaan komoditas utama yang stabil sepanjang tahun ini mengurangi risiko kelangkaan musiman dan fluktuasi harga. Hal ini krusial untuk program berskala besar yang membutuhkan pasokan harian yang konsisten. Dengan demikian, program MBG dapat merencanakan menu yang lebih konsisten dan mengurangi ketergantungan pada pengadaan dari luar daerah atau biaya penyimpanan jangka panjang yang mahal. Kondisi ini juga secara berkelanjutan mendukung pendapatan petani lokal karena adanya permintaan yang stabil.

Dari Sektor perikanan di Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu sektor ekonomi yang sangat potensial, didukung oleh wilayah pesisir yang luas dan perairan yang kaya. Potensi ini mencakup perikanan tangkap maupun budidaya, yang keduanya memiliki peran strategis dalam penyediaan bahan makanan. Salah satu komoditasnya yaitu Ikan lemuru (Sardinella lemuru) mendominasi hasil tangkapan nelayan di Banyuwangi. Pelabuhan Muncar, yang terletak di Banyuwangi, dikenal sebagai salah satu pelabuhan ikan terbesar di Indonesia dan merupakan pusat pendaratan utama ikan lemuru, menyumbang hampir 80% dari total produksi ikan tangkap yang didaratkan per tahun. Pertumbuhan produksi yang cepat ini mengindikasikan bahwa sektor perikanan tangkap memiliki kapasitas untuk meningkatkan pasokan secara substansial, yang mungkin merupakan hasil dari investasi, praktik penangkapan yang lebih baik, atau kondisi lingkungan yang mendukung. Selain ikan lemuru, perairan Banyuwangi juga menghasilkan ikan pelagis lain seperti tongkol, yang banyak ditangkap terutama saat cuaca cerah. Perairan Samudra Hindia di wilayah Purwoharjo dan Pesanggaran, daerah pesisir yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi juga menjadi sumber ikan dasar (demersal) yang beragam. Selain perikanan tangkap, Banyuwangi juga memiliki potensi besar dalam perikanan budidaya, baik air tawar maupun air payau. Diantaranya Banyuwangi merupakan produsen udang terbesar di Jawa Timur. Dan untuk komoditas budidaya lainnya yang signifikan meliputi ikan air tawar seperti lele, koi, tombro, dan tawes, serta ikan air payau seperti kerapu dan kepiting.

Periode musim tangkap dan panen ikan sangat penting untuk menjaga konsistensi pasokan bahan makanan. Puncak melimpahnya ikan laut di perairan Banyuwangi, terutama ikan lemuru, terjadi pada bulan Agustus hingga Desember. Pada periode ini, nelayan seringkali mengalami panen besar Sebaliknya, awal hingga pertengahan tahun, sekitar bulan Maret hingga April, merupakan masa paceklik ikan, di mana jumlah tangkapan cenderung lebih sedikit. Untuk perikanan budidaya, periode panen ikan nila di kolam diperkirakan pada Mei, sedangkan budidaya udang vaname umumnya membutuhkan waktu sekitar 3-4 bulan dari penebaran benih hingga siap panen. Adanya musim paceklik untuk ikan laut (Maret-April) menunjukkan perlunya strategi diversifikasi sumber protein atau manajemen stok yang efektif untuk program MBG agar pasokan tetap stabil sepanjang tahun. Ketergantungan penuh pada perikanan tangkap laut akan menyebabkan ketidakstabilan pasokan protein selama periode paceklik, yang dapat mengganggu konsistensi program MBG. Oleh karena itu, program MBG harus merencanakan menu yang fleksibel, mengintegrasikan lebih banyak protein dari perikanan budidaya (ikan air tawar, udang) atau sumber protein lain (misalnya telur, ayam) selama musim paceklik ikan laut. Pemanfaatan fasilitas penyimpanan berpendingin (cold storage) di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) juga dapat menjadi solusi untuk menyimpan ikan hasil tangkapan puncak dan menjaga ketersediaan selama periode paceklik.

Ketersediaan bahan pangan yang melimpah di Banyuwangi menjadi fondasi kuat untuk program MBG. Namun, pemahaman mendalam tentang profil nutrisi setiap komoditas sangat penting untuk memastikan menu yang disajikan benar-benar bergizi seimbang.

Rantai Pasok dan Sistem Distribusi Pangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun