Mohon tunggu...
Muhammad Rizaldi
Muhammad Rizaldi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Going Extra Miles!

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Learn, Unlearn, Relearn, dan Bagaimana Kita Menerapkannya dalam Pembelajaran Sehari-hari

26 Juli 2021   15:01 Diperbarui: 26 Juli 2021   15:02 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya akan mulai artikel ini dengan sebuah kutipan Alvin Toffler, seorang penulis dan filsuf, yang pertama kali saya baca saat membaca buku The Doodle Revolution saat semasa SMA di tahun 2016. Ia berkata "The illiterate of the 21st century will not be those who cannot read and write, but those who cannot learn, unlearn, and relearn."  atau dalam bahasa indonesia "Pada abad ke-21, ORANG BUTA HURUF bukanlah mereka yang tidak dapat membaca dan menulis, melainkan mereka yang tidak dapat belajar, belajar melupakan, dan belajar kembali. 

Mungkin kita pernah ingat kehidupan sebelum adanya smartphone, atau bahkan sebelum internet, saat itu dimana facebook, Instagram dan Whatsappp masih tidak ada dan mencari sesuatu berarti secara fisik seperti mencari jawaban yang ada di buku. Kehidupan kita benar-benar berubah drastis dalam beberapa dekade terakhir. 

Pertanyaan besarnya adalah apakah dunia ini akan terus tetap berubah? Mampukah kita sebagai manusia mengikuti perubahannya? Dan apakah sekola-sekolah serta sistem pendidikan kita dapat mengikuti perubahan yang sangat cepat tersebut?

Merujuk pada survei kemampuan pelajar yang dirilis oleh Programme for International Student Assessment (PISA), pada Desember 2019 di Paris, Indonesia disebut menempati peringkat ke-72 dari 77 negara. 

PISA adalah survei evaluasi sistem pendidikan di dunia yang mengukur kinerja siswa kelas pendidikan menengah. Penilaian dilakukan setiap tiga tahun sekali dan dibagi menjadi tiga poin utama, yakni literasi, matematika dan sains(BBC, 2021). 

Survey tersebut menunjukkan betapa tettinggalnya sistem pendidikan kita dibandingkan dengan negara lain, khususnya pada indikator-indikator tersebut. Apabila tidak berbenah, kita akan semakin tertinggal dalam pembangunan sumberdaya manusianya beberapa tahun kedepan. 

Banyak faktor yang mempengaruhi index pendidikan kita, sehingga tidak akan cukup apabila dibahas satu persatu didalam essay ini khususnya dalam tatanan infrastruktur dan birokrasi yang perlu usaha keras merubahnya. 

Essay ini akan berfokus pada tatanan pola pikir yang bisa kita terapkan sebagai siswa ataupun pengajar apabila ingin dapat menerima perubahan dan semakin cepat belajar dengan konsep learn, unlearn, dan relearn. 

Perubahan terkadang membuat kita tidak nyaman, berubah dari sesuatu yang telah kita yakin benar adanya bukan merupakan sesuatu yang mudah, namun sebagai manusia, kita perlu belajar, belajar melupakan, dan belajar kembali untuk mengimbangi dunia dan teknologi yang berubah dengan cepat. Apapun pekerjaan anda kita harus dapat menerima akan hal ini. 

Mengapa harus begitu? Karena keterampilan atau skill yang dibutuhkan dalam beberapa dekade lalu tidak lagi relevant saat ini, contoh: penjaga pintu tol atau kasir sekarang sudah digantikan dengan komputer. 

Studi menunjukkan banyak keterampilan dan profesi yang ada saat ini tidak ada 20 tahun yang lalu dan tidak akan dibutuhkan 20 tahun dari sekarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun