BOGOR, Sebelum menyelam lebih jauh, penulis ingin menegaskan apa yang diharapkan oleh penulis. Penulis berharap dari tulisan ini akan membuka mindset pembaca bahwa tidak ada batasan pada diri manusia, dan menyadarkan bahwa transformasi mental harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman.
Dewasa ini mendapatkan pekerjaan semakin sulit dirasakan, paling tidak bagi sebagian masyarakat di Indonesia. Pekerjaan yang umumnya memanfaatkan tenaga manusia mulai beralih ke mesin yang otomatis, dan tidak mengeluarkan operational cost yang besar dibandingkan menggunakan tenaga manusia.
Karena hal tersebut, banyak para pekerja yang umumnya adalah buruh pabrik dikeluarkan dan tidak memiliki pekerjaan. Dengan begitu angka pengangguran di Indonesia semakin tinggi. Hal ini berdampak semakin melenceng dari Sustainable Development Goals (SGDs) poin ke-8 yaitu Decent Work and Economic Growth.
Padahal faktanya, jika kita perhatikan dengan seksama. Tidak ada lapangan pekerjaan yang menghilang atau berkurang. Lapangan pekerjaan hanya bergeser kebutuhanya dari era ke era. Hal ini umumnya terjadi karena penemuan - penemuan yang memberikan efisiensi lebih efektif.
"Dunia startup semakin menggila, semua teknologi terbaru dikejar demi mendapatkan optimalisasi yang luar biasa", Jelas Rifky software engineer di Virtual Spirit Sdn. Bhd.
Maka dapat dipahami bahwa lapangan pekerjaan tidak berkurang, hanya saja bergeser menyesuaikan kebutuhan zaman. Apakah perubahan itu mau kita ikuti atau memaksakan diri untuk mencari lapangan pekerjaan yang sama. Pergeseran kebutuhan itu jika diikuti dengan serius dan tekun maka kita akan mampu bertahan hidup dalam era apapun.
Dikutip dari un.org, sebelum pandemi COVID19 ekonomi dunia mengalami perlambatan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) per kapita sekitar 2% pada tahun 2010 - 2018 dan pada tahun 2019 mengalami penurunan sekitar 1.5%. Sedangkan, pada tahun 2020 karena implikasi pandemi COVID19 dunia akan mengalami perlambatan terparah sejak The Great Depression yaitu akan diekspektasikan mengalami perlambatan hingga 4.2% pada tahun 2020.
Dampak yang akan dirasakan karena hal tersebut, sekitar 1.6 juta pekerja informal di dunia akan mengalami risiko kehilangan pekerjaan. Salah satu orang yang berhasil kami wawancarai Arya Fernando (21 tahun) seorang mantan barista merasakan langsung dampak dari COVID19 ini.Â
"Saya sudah pernah mencoba melamar ke berbagai tempat, beberapa berhasil hingga ke tahap interview beberapa bahkan tidak ada kabar sama sekali." Jelasnya.
Dia (Arya Fernando) keluar dari pekerjaannya dan mencoba untuk mendapatkan pekerjaan kembali. Namun, tidak ada perusahaan yang menerima dia sebagai karyawan dikarenakan banyaknya pemalar. Dia harus mengalahkan sekian puluh pelamar untuk mendapatkan posisi barista.