Mohon tunggu...
Muhammad Ridwan Fadillah
Muhammad Ridwan Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa

Seorang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Sekolah Vokasi IPB University dengan program studi Komunikasi Digital dan Media

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hoaks, Disinformasi, Misinformasi Musuh Media Sosial

25 Juni 2025   10:00 Diperbarui: 25 Juni 2025   10:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkembangnya teknologi khususnya internet membuat segala aktivitas kini dapat mudah dijalankan, salah satunya terciptanya media social sebagai sarana informasi dan juga sosialisasi, pesatnya perkembangan internet juga membuat informasi yang diterima semakin mudah didapatkan. Cepatnya informasi yang diterima juga membuat semakin mudah sesorang untuk memproduksi informasi untuk disebarkan, kemudahan tersebut juga semakin jarang orang untuk memfilter setiap informasi yang diterima.

Informasi yang berkembang di media social dan luasnya persebaran informasi juga dapat memengaruhi emosi, pikiran, perasaan, bahkan tindakan seseorang ataupun kelompok. Kemudahan informasi dan juga kurangnya literasi digital yang dimiliki oleh pengguna juga dapat memengaruhi respon pembaca dan penerima, terlebih informasi yang diterima merupakan informasi yang tidak akurat sehingga hal tersebut sebuah opini yang negative. Hal tersebut juga tentunya akan merugikan berbagai pihak jika infromasi yang diterima tidak dibarengi dengan literasi yang baik.

CNN Indonesia menyebutkan bahwa dalam data yang dipaparkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika menyebutkan ada sebanyak 800 ribu situs di Indonesia yang terindikasi sebagai penyebar berita palsu dan ujaran kebencian (hate speech) (Pratama, 2016). Kemkominfo juga selama tahun 2016 sudah memblokir 773 ribu situs berdasar pada 10 kelompok. Kesepuluh kelompok tersebut di antaranya mengandung unsur pornografi, SARA, penipuan/dagang ilegal, narkoba, perjudian, radikalisme, kekerasan, anak, keamanan internet, dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dari jumlah itu, paling banyak yaitu unsur pornografi (Jamaludin, 2016).

Mengenal Apa Itu Hoaks, Disinformasi, Dan Misinformasi

            Cepatnya informasi yang terjadi pada media sosial tentu semakin mudah diterima, percepatan yang terjadi juga membawa banyak sekali manfaat seperti mudahnya mengetahui informasi keluarga yang sedang berada di luar kota bahkan luar negeri. Meskipun demikian, informasi yang diterima juga tidak terlepas dari dampak negatif seperti maraknya penyebaran hoaks, misinfromasi, dan juga disinformasi yang tersebar dengan begitu mudah di media sosial. Lalu apa sih Hoaks, Disinformasi, dan Misinformasi itu?

  • Hoaks
  • Hoaks sendiri diserap dari kata hoax yang diterjemahkan sebagai ‘informasi bohong’. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks memiliki arti berita bohong atau informasi yang tidak tepat. Hoaks juga bisa diartikan sebagai berita palsu atau berita yang dibuat-buat dengan tujuan untuk menutupi informasi yang sebenarnya.
  • Hoaks sebagai pemutarbalikkan fakta menggunakan informasi yang seolah-olah meyakinkan akan tetapi informasi yang disampaikan tidak dapat diverifikasi kebenarannya. Setidaknya 30% sampai hampir 60% orang Indonesia terpapar hoaks saat mengakses dan berkomunikasi melalui dunia maya. Sementara hanya 21% sampai 36% saja yang mampu mengenali hoaks. Kebanyakan hoaks yang ditemukan terkait isu politik, kesehatan dan agama. Demikian temuan survei Katadata Insight Center (KIC) yang bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika serta SiBerkreasi. Lalu apa saja jenis-jeni hoaks?
  • Satire atau Parodi
  • Satire atau prodi adalah sebuah konten yang memang sengaja dibuat seseorang. Konten-konten jenis ini banyak digunakan untuk menyindir pihak tertentu. Satire atau parodi juga kerap digunakan sebagai bentuk kritikan.
  • Missleading Content (Konten Menyesatkan)
  • Konten menyesatkan ini terkadang dibuat dengan cara sengaja yang memiliki tujuan untuk menjelekkan sesuatu ataupun seseorang. Konten-konten jenis ini juga kadang dibuat untuk menggiring opini para pembaca.
  • Imposter Content (Konten Tiruan)
  • Informasi yang ada pada konten ini biasanya diambil dari informasi yang benar, seperti mengutip kata-kata dari seorang tokoh, mengatasnamakan suatu perusahaan, bahkan instansi. Konten ini dibuat untuk menipu pengguna agar terperangkap dalam tipuannya yang dibuat seolah-olah hal tersebut merupakan benar adanya.
  • Fabricated Content (Konten Palsu)
  • Konten palsu merupakan salah satu jenis konten hoaks yang sangat berbahaya, karena konten ini dibuat untuk menipu orang-orang. Informasi yang terkandung juga tidak dapat dipertanggungjawabkan.
  • False Connection (Koneksi yang salah)
  • Koneksi yang salah ini merupakan konten yang kerap ditemukan di media sosial, konten ini sengaja dibuat untuk mendapatkan keuntungan. False connection biasa berisi ketidaksesuaian antara isi konten, judul konten, hingga gambar konten, konten ini paling banyak ditemukan di Youtube.
  • False Context (Konteks keliru)
  • Konten ini dikatakan keliru karena memuat informasi yang tidak benar. Konten ini biasa dibuat mengguunakan informasi yang telah lama terjadi akan tetapi diproduksi kembali dengan informasi yang tidak tepat.
  • Manipulated Content (Konten manipulasi)
  • Konten manipulasi merupakan sebua konten yang telah melalui proses penyuntingan, konten yang telah ada sebelumnya diedit sehingga konten tersebut menjadi tidak sesuai dengan konten aslinya. Konten ini bertujuan untuk mengecoh para masyarakat yang membacanya
  • Disinformasi
  • Disinformasi dapat diartikan sebagai sebuah penyebaran informasi keliru yang disengaja dengan tujuan untuk membingungkan para pembacanya. Pembuat atau penyebar konten ini mengetahui bahwa informasi tersebut merupakan pals, tetapi mereka menyebarkannya dengan tujuan untuk memengaruhi opini publik, dan mendapatkan keuntungan tertentu dari penyebaran informasi yang terjadi.
  • Misinformasi
  • Misinformasi merupakan sebuah informasi yang salah akan tetapi diyakini oleh sang pembacanya merupakan informasi yang benar dan kemudian disebarkan ke pembaca lainnya. Penyebaran iformasi yang diterima biasanya tidak dilakukan verifikasi sehingga pembaca pertama melakukan penyebaran informasi, dikarenakan menurutnya informai tersebut sesuai dengan apa yang diyakininya.

Dampak yang Dihasilkan

            Persebaran informasi yang tidak pasti di masyarakat tentunya akan menimbulkan beragam masalah, hal tersebut juga dapat memengaruhi psikologis para pembacanya. Lalu apa saja dampak yang ditimbulkan jika informasi hoaks, disinformasi, dan misinformasi terus terulang?

  • Ketidakpercayaan Terhadap Informasi, penyebaran informasi yang tidak tepat juga dapat membuat masyarakat menjadi skeptis terhadapinformasi-informasi yang terus berkembang di masyarakat.
  • Kebingungan dan Kekacauan, masyarakat akan menjadi bingung tentang apa yang sebenarnya terjadi dan tidak tahu harus bagaimana merespons dalam suatu informasi yang terjadi.
  • Ketegangan Sosial dan Politik, informasi yang tidak tepat juga dapat memengaruhi hubungan sosial maupun politik, sehingga hal tersebut bisa saja menyebabkan konflik yang parah.
  • Kerugian Finansial, informasi palsu yang dibuat untuk memperoleh keuntungan pribadi tentunya akan menyebabkan kerugian finansial karena korban akan terpedaya hasutan dari informasi yang tidak benar tersebut.
  • Kerugian Reputasi, kerugian yang tidak dapat dihindari dari adanya infromasi palsu tentunya reputasi, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan individu, perusahaan, atau bahkan lembaga pemerintahan.

Mengatasi Persebaran Informasi yang Serba Cepat

Informasi akan terus berkembang seiring berkembangnya juga teknologi yang ada, sehingga sebagai pengguna harus bijak dalam menyebarkan, menerima, atau bahkan membuat informasi agar hal tersebut tidak dapat merugikan orang lain. Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan untuk menghindari diri dari informasi yang tidak tepat,

  1. Cek sumber informasi: Pastikan sumber informasi yang didapat kredibel dan dapat dipercaya.
  2. Verifikasi fakta: Periksa kebenaran informasi yang didapat.
  3. Perhatikan tanda-tanda hoaks: Hindari judul yang provokatif dan sensasional.
  4. Pertimbangkan konteks: Baca keseluruhan berita dari awal hingga selesai agar tidak terjadi kesalahpahaman.
  5. Berpikir kritis: Jangan langsung mempercayai dan membagikan informasi yang didapat.
  6. Laporkan hoaks: Laporkan informasi palsu kepada platform media sosial yang bersangkutan.
  7. Edukasi diri dan orang lain: Berbagi pengetahuan tentang hoaks dan informasi palsu dengan teman dan keluarga.
  8. Gabung dengan grup anti hoaks: Bergabunglah dengan grup anti hoaks untuk terhindar dari berita hoaks.
  9. Ikuti sumber berita terpercaya: Ikuti sumber-sumber berita yang terpercaya dan berkredibilitas baik.
  10. Cek keaslian gambar dan video: Periksa keaslian gambar dan video dengan menggunakan layanan pencarian gambar terbalik seperti Google Images atau TinEye.

Sebagai pengguna yang bijak tentu harus selalu memerhatikan setiap informasi yang diterima, agar hal tersebut tidak dapat memberikan efek negatif kepada para pengguna lainnya. Pentingnya literasi digital juga dapat membantu pengguna lebih waspada terhadap setiap informasi yang tersebar di internet atau[un media sosial.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun