Mohon tunggu...
Muhammad Reza Santirta
Muhammad Reza Santirta Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

Menulis adalah seni

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Nasihat tentang Marah

9 Februari 2020   00:17 Diperbarui: 9 Februari 2020   18:16 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi melihat amarah. (sumber: KOMPAS/DIDIE SW)

Dudi mendengar dengan takzim. 

"Satu lagi, kamu tidak pernah ngumpul. Cobalah kumpul sama anak-anak yang paling dekat dengan dirimu. Tidak perlulah yang populer, yang cantik, yang ganteng, ataupun yang kaya. Kalau yang jadi temanmu peduli sama kamu... tidak ada salahnya bersahabat. Ajak juga main ke rumahmu. Suguhi hidangan atau kasi permainan. Kesenangan mereka adalah harga yang diberikan karena kepedulianmu." 

Dudi mengangguk. 

"Jadi intinya satu, kamu harus punya empati." Ucap Medi menunjuk dada Dudi. "Selain itu juga, jangan mudah terpengaruh orang lain sehingga kamu membandingkan dirimu dengan mereka. Sekayanya mereka pasti juga karena minjam punya orang tua. Padahal aslinya miskin." 

Dudi mengetuk jarinya lagi. Bunyi nyaring terdengar jelas. 

"Ada juga yang populer dan punya banyak teman. Padahal, dia itu aslinya cari perhatian saja. Tapi lama-lama juga sengsara. Ya.... karena harus memenuhi permintaan mereka." 

Dudi mulai tertarik dengan diskusi ini. Matanya berbinar dengan penjelasan gadis itu yang umurnya lebih muda 2 tahun dari dirinya. 

"Benci orang-orang terhadapmu itu sebenarnya karena prihatin. Apa bisa orang yang pasif dan kurang peka dengan dirinya bisa menjamin hidupnya sendiri. Mereka benci bukan karena dirimu secara fisik tapi perlakuanmu. Aku tidak mungkin mengguruimu. Tapi, kasihan saja melihatmu merana terus." 

"Aku senang ada yang mau peduli denganku. Aku sering tanyakan ini... kenapa aku dimarahi malah tidak ada yang jawab. Dijawab cuma disuruh sabar." 

"Itu karena kamu harus merenungi dirimu. Apa yang salah dengan dirimu dan apa saja kesalahan dan kekuranganmu semua harus diperbaiki. Memang, orang sering dikasih tahu kalau marah pasti karena perbuatan tercela seperti kejahatan.

"Padahal, lingkungan sosial itu sangat luas dan tidak bisa kalau baik itu hanya sekedar diam. Makanya juga, kita seringkali didoktrin oleh sistem pendidikan yang salah. Seringkali hanya mengajarkan teori-teori tanpa melihat keluar lingkungan sekitar."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun