Mohon tunggu...
Muhamad Ragil Aditya
Muhamad Ragil Aditya Mohon Tunggu... Mahasiswa

Halo perkenalkan nama saya Muhamad Ragil Aditya, saya adalah mahasiswa dari Universitas Bakrie dengan program studi Ilmu Politik konsentrasi Hubungan Internasional. Saya suka dengan dunia politik dan mengikuti berita perkembangan terbaru dari seputar politik dalam negeri maupun Internasional. Saya memiliki minat yang mendalam mempelajari ilmu politik dan menghubungkannya ke dalam kehidupan nyata. Selain itu, saya juga aktif dalam beberapa organisasi dan seminar guna memperluas relasi dan memperkaya pengetahuan saya.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Masa Depan Militer Indonesia Ada Di Langit : Peran Krusial Teknologi Satelit

28 Juli 2025   14:26 Diperbarui: 28 Juli 2025   14:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Evolusi Medan Tempur

Selama ini, manusia memulai pertempuran dengan merebut dataran tinggi seperti benteng-benteng kuno di puncak bukit karena dari posisi tinggi tersebut kekuatan lebih mudah diproyeksikan untuk menundukkan lawan. Namun kini, 'ketinggian'  itu tidak lagi berupa bukit atau gunung, melainkan orbit ribuan kilometer di atas Bumi. Dalam perang modern, aturan tidak hanya diulang, tetapi juga dilengkapi dengan prediksi dan analisis bayangan. Tidak ada lagi parit yang digali, melainkan satelit-satelit yang mengorbit bagai bidak catur dalam berbagai dimensi. Di sinilah garis kemenangan menjadi kabur, karena negara-negara menggunakan metode yang begitu halus. Ruang angkasa telah menjadi medan pandang sejak manusia memasuki era antariksa. Sebuah opsi strategis karena jangkauan kita kini melampaui permukaan planet. Bermula dari pengamatan dan penyadapan, diikuti kesiapan, hingga sekarang ketergantungan manusia pada ruang angkasa terus meningkat.

Jika dahulu manusia menggunakan dataran tinggi seperti benteng-benteng kuno di atas bukit, Kini medan pertempuran sudah berpindah ke ruang angkasa. Dalam konteks ini, peran vital dari satelit militer seperti pengintaian dan pengumpulan informasi unit tempur, jejaring komunikasi, serta memberikan peringatan dini memang cukup krusial dalam pertahanan sebuah negara. Hal ini juga tidak bisa lepas dari  peran satelit militer yang sudah tidak bisa dihindari dalam peperangan modern. Karena peran dari satelit militer ini diantaranya bisa memberikan pengintaian dan pengawasan. Dalam hal ini, satelit militer mampu mengumpulkan intelijen dari permukaan bumi yang termasuk citra resolusi tinggi, data radar serta informasi lainnya. Selain itu, peran dari satelit militer juga dapat melakukan navigasi. Di dalam peran ini, satelit militer memberikan dukungan navigasi bagi pilot dan kendaraan militer untuk menentukan posisi mereka secara tepat di peta dan rute. Selain menentukan posisi, navigasi dalam satelit militer juga dapat memberikan dukungan tembakan dengan presisi dari data pengintaian. Selain itu, satelit militer juga berperan dalam memfasilitasi komunikasi antara unit militer yang mungkin berada di berbagai tempat. 

Dalam kehidupan sehari-hari, satelit juga berperan dalam pemantauan lingkungan hingga komunikasi global. Karena komunikasi bisa menghubungkan kita terhubung satu sama lain melalui telepon, internet dan televisi. Dan jika dalam situasi bencana alam, satelit menyediakan komunikasi saat infrastruktur darat rusak. Di ranah penelitian ilmiah, satelit berperan penting dalam eksplorasi luar angkasa hingga membantu para peneliti mengamati bumi, planet dengan berbagai fenomenanya. Satelit juga berperan dalam hal navigasi di kehidupan sehari-hari yaitu diantaranya membuat peta navigasi sampai perencanaan kota. Dalam hal penginderaan, satelit juga berfungsi memantau perubahan lingkungan seperti deforestasi, kebakaran hutan dan polusi. Serta satelit seperti GPS juga memungkinkan navigasi lebih akurat, sehingga berguna bagi kendaraan, pemetaan dan survei lapangan. 

Kebutuhan Akan Satelit Militer 

Dilansir dari website kemenhan, fungsi utama dalam menggunakan satelit militer adalah salah satunya komunikasi. Komunikasi yang cukup aman adalah bentuk suara dibandingkan dengan media lain seperti radio. Selain itu, bentuk komunikasi lainnya dari teknologi satelit adalah mengirimkan data, video dan lain sebagainya. Sebab, dengan fungsi pengiriman ini misalnya saja seorang jenderal dapat memantau langsung apa yang dilihat mengenai anak buahnya di lapangan. Selain memantau, seorang jenderal dapat memberikan arahan kepada anak buahnya secara Realtime. Hal tersebut bukan hanya terjadi sekedar penjelasan konsep semata, namun media komunikasi melalui satelit sudah digunakan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat ketika melakukan penyergapan kepada Osama Bin Laden di Pakistan. Ini bisa dijelaskan ketika pasukan berkualifikasi khusus dari Navy SEAL's melakukan penyergapan terhadap Osama Bin Laden di Abbottabad, Pakistan pada tanggal 2 Mei 2011. Dalam operasi penyergapan tersebut, mereka bergantung pada keakuratan informasi yang didapatkan dari berbagai perangkat teknologi, termasuk hal ini adalah satelit. Pihak militer dan Intelijen memakai citra satelit. Serta menggunakan berbagai teknologi yang masih dirahasiakan lainnya untuk mengembangkan citra satelit menjadi informasi yang menyakinkan bahwa Osama Bin Laden ada berada dalam target penyergapan. Target Penyergapan tersebut merupakan tempat tinggal Abu Ahmed al Kuwaiti seorang kurir utama Osama Bin Laden di Abbottabad ketika CIA berhasil melacak tempat itu. Dua lembaga lainnya seperti Badan Keamanan Nasional yang bertugas dalam menyadap dan menganalisis seluruh sinyal komunikasi elektronik. Dan Badan Intelijen Geospasial Nasional yang bertugas dalam mengumpulkan, mengembangkan dan menganalisis citra satelit dengan menggambarkan lokasi tersebut. Kemudian dari hasil analisis yang sudah dilakukan militer AS membangun replika rumah tersebut beserta seluruh detail seperti tinggi tembok. 

Penggunaan satelit militer yang digunakan dalam penyergapan tersebut diperkuat oleh seorang pakar penginderaan jarak jauh dari Universitas Chiba di Jepang, Josaphat Tetuko Sri Sumantyo yang menyatakan bahwa sangat mungkin AS menggunakan satelit untuk menampilkan citra di balik dinding rumah. Karena satelit tersebut dilengkapi sensor gelombang mikro dibawah frekuensi S-band yang mampu melihat serta menembus dinding yang terbuat dari berbagai jenis bahan bangunan. Seperti batu bata, adonan tanah hingga beton. Dari peristiwa penyergapan ini kita bisa melihat bahwa, satelit militer sangat berguna untuk mengumpulkan informasi penting guna mengenali target. Dan ketika sudah mengenali target, informasi pengenalan tersebut dianalisis kemudian digunakan dalam menentukan langkah kedepannya. Penggunaan satelit militer membantu dalam mengumpulkan informasi yang biasa dilakukan oleh Intelijen di lapangan. Dan ketika ini dikombinasikan antara seorang intelijen dan teknologi satelit akan menjadikan informasi tersebut menjadi sangat akurat karena kombinasi kedua faktor ini. Namun, yang menjadi pertanyaan dalam artikel ini atas tugas dan keunggulan dari satelit militer ini adalah, apakah Indonesia sudah memiliki satelit militer Sendiri ? 

Jawabannya adalah belum. Namun pada tahun 2016, Menteri Pertahanan saat itu Ryamizard Ryacudu mempunyai rencana untuk memiliki satelit militer sendiri yang akan diluncurkan pada tahun 2019. Hal ini juga didukung ketika komisi 1 DPR memberikan lampu hijau kepada Kementerian Pertahanan dan Mabes TNI mengenai anggaran untuk membeli satelit komunikasi militer dari Airbus Defence and Space senilai $ 849 juta Amerika Serikat. Satelit ini direncanakan berjalan pada frekuensi L-Band dan semua komunikasi TNI akan dihubungkan dari satelit dan beroperasi pada koordinat 123 bujur timur sebagaimana penempatan untuk Indonesia dari Uni Telekomunikasi Internasional. Serta, satelit ini akan dikembangkan spesifikasi dan karakteristiknya dengan keperluan operator dan institusi Indonesia. Namun sayangnya, dalam pengadaan misi penuh inovasi ini dalam proses pengadaannya terhenti akibat kasus dugaan korupsi. Berdasarkan keterangan Jaksa Agung Muda Pidana Militer atau JAM Pidmil melalui Direktorat Penindakan resmi menetapkan tiga orang sebagai  tersangka dalam perkara koneksitas dugaan tindak pidana korupsi pengadaan user terminal satelit 123 derajat bujur timur di Kementerian Pertahanan pada tahun 2016. Ketiga tersangka korupsi ini adalah Laksamana Muda TNI Purnawirawan Leonardi selaku menjabat Kepala Badan Sarana Pertahanan sekaligus menjadi Pembuat Komitmen atau PPK di Kemhan. Anthony Thomas Van Der Hayden sebagai tenaga ahli satelit Kemhan. Dan Gabor Kuti selaku CEO Navayo Internasional sebagai perusahaan rekanan proyek dari Hungaria. Sedikit penjelasan dari kasus ini bermula dari penandatangan kontrak antara Kemhan dan Navayo International  AG pada 1 Juli 2016. Penandatangan tersebut terkait penyediaan terminal pengguna, jasa dan peralatan pendukung. Dan nilai kontrak awal sebesar $34.194.300 namun berubah menjadi $29.900.000. Dan dalam penandatangan tersebut tidak didukung oleh ketersediaan anggaran negara dan tanpa melalui proses pengadaan barang dan jasa sebagaimana biasanya. Dan pada akhirnya, menurut Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang melakukan pemeriksaan dan perhitungan ditemukan total kerugian negara menjadi $21,3 juta.

Karena kasus korupsi tersebut, Indonesia harus menunggu waktu kembali untuk mempunyai satelit militer sendiri. Padahal, desakan untuk mempunyai satelit sudah ada yakni kebutuhan komunikasi antar matra dan membantu tugas intelijen dalam mengumpulkan informasi. Selain itu, jika Indonesia mempunyai satelit militer sendiri menurut saya sangat membantu dalam melatih prajurit menyelesaikan tugas seperti yang terjadi dalam kasus Osama Bin Laden. Di era sekarang, satelit sangat dibutuhkan dalam penginderaan jarak jauh, karena dengan satelit yang memadai, dari pusat komando bisa memantau secara real time mengenai apa yang terjadi di lapangan. Harapan saya kedepannya bagi Indonesia dalam keinginannya mempunyai satelit militer adalah kita mampu membeli satelit militer yang sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang. Seperti teknologi kecerdasan buatan dalam satelit militer yang mampu meningkatkan pengambilan keputusan, kesadaran situasional dan operasi otonom.

Sumber :

Rantuboy, W. (2025, March 30). Peran Satelit dalam Kehidupan Manusia. Radio Republik Indonesia. Retrieved July 19, 2025, from https://rri.co.id/iptek/1424430/peran-satelit-dalam-kehidupan-manusia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun