1. Bayang-Bayang Perang Dingin
Sejak perang dunia 2 selesai, dunia mengalami ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam menunjukan siapa yang terbaik diantara mereka. Persaingan ini meliputi banyak hal, termasuk yang menjadi pembahasan kali ini adalah persaingan senjata nuklir antara kedua negara tersebut. Perlu diketahui, dinamika politik sejak perang dunia 2 usai adalah salah satunya persaingan senjata nuklir. Setelah perang dunia ke 2 berakhir, diketahui negara pertama yang menggunakan senjata nuklir dalam konflik militer berskala besar adalah Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Peristiwa bersejarah ini tidak hanya menunjukan kekuatan destruktif nuklir, tetapi juga menjadi awal perlombaan senjata dengan Uni Soviet. Perkembangan persenjataan seperti nuklir terus bertumbuh dengan baik dari segi kualitas sampai kuantitas sejak tahun 1945. Senjata nuklir yang disimpan oleh negara seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet cukup untuk memusnahkan 12 kali seluruh manusia di dunia saat ini. Dan yang lebih ditakutkan lagi, dampak dari senjata nuklir adalah daya pemusnahnya bertahan lama sampai pada generasi setelahnya. Perlu diketahui juga, pada kekuatan militer antara kedua negara adidaya ini, Uni Soviet lebih menekankan pada kuantitas pada kekuatan militer yang dimilikinya. Sedangkan Amerika Serikat lebih menekankan pada kualitas kekuatan militernya. Ketegangan ini terus berlanjut yang didasarkan pada saling kecurigaan satu sama lain sehingga memunculkan ketidakpercayaan diantaranya. Dari ketidakpercayaan ini, Amerika Serikat dan Uni Soviet tidak saling berperang langsung satu sama lain, melainkan kedua negara tersebut memanfaatkan suatu negara kecil yang sedang saling meminta perlindungan keamanan kepada mereka karena dianggap mampu memberikan keamanan kepada negara kecil ini. Hal ini bisa disebut sebagai perang dingin atau Cold War.
2. Titik Balik Hiroshima & Nagasaki
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa penggunaan senjata nuklir pertama kali dilakukan oleh Amerika Serikat di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Dengan spesifik, penjatuhan bom ini terjadi pada tanggal 6 Agustus 1945 di kota Hiroshima pada jam 09.15 pagi waktu Tokyo, Jepang. Pengeboman ini menggunakan pesawat B-29 Enola Gay dengan Paul W. Tibbets sebagai pilotnya. Peristiwa ini diisi dengan menjatuhkan bom atom yang bernama Little Boy di kota Hiroshima sebagai peringatan untuk Tokyo guna menyerah tanpa syarat pada perang dunia ke 2 dalam deklarasi Postdam. Setelah beberapa hari kemudian, lebih tepatnya pada tanggal 9 Agustus 1945, pengeboman terjadi lagi lebih tepatnya pada jam 11.02 pagi di kota Nagasaki dengan pesawat B-29 Bockscar dengan Fat Man sebagai nama bom atomnya. Dampak dari kedua bom ini tidak main-main. Karena berhasil menimbulkan korban jiwa sampai 210.000 masyarakat Jepang. Dengan Detail, 140.000 di Hiroshima dan 70.000 di Nagasaki. Yang dimana dari jumlah korban tersebut, dua pertiganya adalah anak-anak, wanita dan orang tua. Selain itu, Dampak dari bom atom di Nagasaki juga sampai meluluhlantakkan bangunan, memadamkan sistem listrik dan kebakaran dimana-mana. Artikel ini mempunyai pendapat bahwa, dari banyak nya korban jiwa yang tidak bersalah, negara-negara harus memikirkan ulang untuk penggunaan senjata nuklir. Selain itu, dampak dari radiasi nuklir yang memunculkan berbagai penyakit seperti kanker bisa menjadi pertimbangan kepada negara-negara dengan kepemilikan senjata nuklir untuk berhati-hati dalam penggunaan senjata pemusnah massal ini. Negara-negara kepemilikan nuklir seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet bisa saja menjadi boomerang bagi kedua negara tersebut jika penggunaan senjata ini sampai lalai karena keegoisan mereka dalam menyebarluaskan pengaruhnya. Penimbunan yang dilakukan oleh kedua negara tersebut cukup dibilang bijak jika seandainya dari kepemilikan senjata nuklir tersebut hanya digunakan sebagai “Alat untuk saling mengancam satu sama lain” dan tidak sampai digunakan secara langsung seperti Amerika Serikat pada akhir perang dunia ke 2. Artikel ini juga berpendapat, saling mengancam dari masing-masing kepemilikan senjata nuklir ini bisa mencegah perang yang lebih besar. Karena negara-negara seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet saat itu juga mempunyai ketakutan tersendiri dari dampak kehancuran yang ditimbulkan jika melihat peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
3. Nuklir Sebagai Paradoks Ilmu dan Kengerian
Teknologi yang paling kontroversial dalam sejarah umat manusia adalah salah satunya senjata nuklir. Bagaimana tidak, senjata ini bisa memusnahkan seluruh kota dalam hitungan detik dengan memiliki daya hancur yang luar biasa. Meskipun awalnya dikembangkan sebagai simbol kemajuan dalam dunia sains, justru karena adanya teknologi ini menjadi ancaman bagi umat manusia. Teknologi nuklir yang dirancang dengan memanfaatkan fisi atau fusi nuklir ini, dapat menghancurkan satu kota dalam sekejap seperti Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Selain menjadi simbol dominasi militer, senjata nuklir juga dapat mempengaruhi geopolitik global, memicu perlombaan senjata, dan mendorong munculnya perjanjian internasional untuk membatasi penggunaannya. Maka dari itu, di dalam subtema ini akan membahas “bagaimana sejarah awal perkembangan senjata nuklir diciptakan ?”.
Senjata Nuklir secara umum bisa diartikan sebagai daya ledak yang kuat dari pemanfaatan reaksi tenaga nuklir. Kemudian di dalam sejarahnya, semua bermula pada tahun 1938 ditemukannya fisi penciptaan nuklir dari laboratorium di Berlin dalam melakukan berbagai percobaan yang dilakukan oleh Otto Hahn, Fritz Strassman dan Lise Meitner. Perlu diketahui bahwa di dalam senjata nuklir, terdapat beberapa komponen seperti fisi atau fusi nuklir dan inti dari atom yakni proton dan neutron. Dikutip dari Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Afliyah et al (2023), energi yang dihasilkan dari nuklir bisa melalui fisi nuklir. Yang dimana fisi nuklir merupakan ketika inti atom terpecah menjadi beberapa bagian. Sedangkan fusi nuklir adalah ketika terjadinya penggabungan inti atom secara bersamaan. Kemudian Leo Szilard juga menjelaskan bahwa fusi nuklir juga membentuk rantai reaksi nuklir secara berkelanjutan jika neutron yang ditambahkan keluar. Dengan adanya penemuan ini, mengakibatkan banyaknya petisi-petisi yang mengajukan untuk mengembangkan nuklir dari masing-masing negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Jerman sampai Uni Soviet. Seperti terjadi di Amerika Serikat, ketika Albert Einstein diminta untuk berkontribusi dalam penelitian uranium yang dimana permintaan ini diusulkan langsung oleh Presiden Roosevelt. Kemudian Albert Einstein juga diminta untuk bergabung bersama perwakilan Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Alexander Sachs diminta masuk ke dalam komite yang telah dibentuk dalam penelitian ini. Disatu sisi, alasan keputusan penelitian ini diambil oleh Presiden Roosevelt adalah ketika mengetahui dari beberapa ilmuwan yang berdarah Hungaria berpindah ke Amerika Serikat guna bisa terhindar dari cengkraman Nazi pada saat itu. Ilmuwan tersebut diantaranya bernama Leo Szilard kemudian beserta ilmuwan lain yang memberitahukan juga kepada Presiden Roosevelt seperti Edward Teller dan Eugene Wigner yang menyatakan bahwa Jerman bersama berbagai Ilmuwannya akan menciptakan nuklir tersebut menjadi Bom Atom dan sangat mungkin jika Hitler akan menjadikan Senjata ini menjadi andalannya.
Kemudian dari sini, berbagai proyek dijalankan salah satunya pada tahun 1942 dengan nama Manhattan Project. Projek ini menggaet Inggris untuk saling bekerja sama. Setidaknya, projek ini membeli uranium dari pertambangan di Kongo sebanyak ribuan ton untuk mempelajari lebih lanjut kemudian membuat sebuah bom yang berasal dari atom ini. Jika berbicara proyek Manhattan, ini merupakan suatu yang sangat dirahasiakan oleh pemerintah Amerika Serikat saat itu. Karena kerahasiaan ini, banyak orang yang tidak tahu apa yang mereka kerjakan di dalam proyek ini. Ketidaktahuan mereka sampai dibatas ketika mendengar berita pengeboman kota Hiroshima melalui radio. Salah satu tokoh sentral dan berpengaruh dalam pengambilan keputusan besar di proyek ini adalah fisikawan jenius yaitu Julius Robert Oppenheimer. Oppenheimer adalah orang berkelahiran kota New York di tanggal 22 April 1894 dan ayahnya lahir di kota Hanau, Jerman kemudian pada tahun 1888 pindah ke Amerika Serikat.
Oppenheimer dikenal sebagai filsuf dan tertarik pada segala hal berbau mistis ketimuran. Selain itu, Oppenheimer adalah seseorang yang teoritis dan mempunyai kecenderungan sifat sensitif. Lalu pada tahun 1943 sampai 1945, dibangun sebuah laboratorium di Los Alamos, New Mexico Utara. Pembangunan laboratorium ini merupakan tempat pembuatan bagi bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Harapan Oppenheimer atas pengembangan senjata nuklir ini adalah mampu membawa manfaat yang besar bagi umat manusia. Karena seperti yang kita tahu, energi dari atom dapat juga dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik sampai kepada dunia kesehatan (Pengobatan medis dan diagnosis). Maka dari itu, penggunaan energi atom diperlukan rasa tanggung jawab atas pemakaiannya.
Perlu diketahui bahwa, walaupun Oppenheimer adalah orang yang berkontribusi besar dalam project Manhattan, tapi ia juga khawatir jika senjata yang diciptakan akan dipakai dalam perang besar berikutnya. Hal ini disampaikan dalam Bukunya yang berjudul The Open Mind yang diterbitkan pada tahun 1955 ditulis oleh Oppenheimer sendiri. Ia di dalam bukunya menjelaskan mengenai harapannya di masa depan tentang penggunaan bom atom tidak ada dalam perang. Menurut penulis, kekhawatiran ini tidak lepas dari peristiwa bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang menimbulkan banyak kerusakan dan korban jiwa. Selain itu, melihat dari peperangan yang terjadi di benua biru yang dimana dianggap sebagai bencana besar bagi umat manusia terutama orang Eropa. Menurut Oppenheimer, ada dua peristiwa yang ingin segera dilihat orang banyak itu terjadi namun pada faktanya sedikit juga yang tidak mempercayainya. Pertama adalah reformasi yang cepat atau kehancuran musuh. Dan kedua adalah persenjataan yang diatur sebagai bagian dari penyelesaian politik secara umum. Penyelesaian ini dapat diterima dengan penuh harapan, penghormatan dan tentunya manusiawi. Pernyataan ini sejalan dengan sikap Oppenheimer yang bekerja dengan konsultan untuk Komite Sekretaris Negara tentang Energi Atom. Mereka menghabiskan waktu beberapa minggu untuk membahas masalah ini. Dan kemudian menghasilkan hasil penelitian yang bernama “Kontrol Internasional Energi Atom” sebagai sebuah kode untuk mencegah penggunaan atom dalam peperangan.
Pandangan Oppenheimer mengenai persaingan senjata nuklir antara kedua negara besar juga dibahas di dalam buku The Open Mind yang ditulisnya. Yang dimana dijelaskan bahwa kedua negara besar (Amerika Serikat dan Uni Soviet) bagaikan dua kalajengking di dalam botol dan masing-masing dari mereka mampu membunuh satu sama lain, tapi nyawa mereka sendiri lah taruhannya. Karena pada masa ini diibaratkan jam bom atom akan berdetak lebih cepat. Hal ini disebabkan karena kedua kekuatan besar tersebut ingin menjadi yang lebih kuat satu sama lain. Lebih lanjut, Oppenheimer mengungkapkan ketakutannya akan senjata nuklir ini dimasa depan. Karena menurutnya, penggunaan energi nuklir untuk tujuan yang lebih membangun (Seperti dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik) tidak bisa sepenuhnya kita lepaskan dari tujuan destruktif seperti senjata nuklir. Dengan kata lain, ketika teknologi energi atom dimanfaatkan untuk hal-hal baik bisa juga dimanfaatkan sebagai senjata nuklir yang menjadi momok atau ketakutan bagi semua orang.