Mohon tunggu...
Muhammad Rafi Sunjana
Muhammad Rafi Sunjana Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Be a trendsetter

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aklimatisasi Orang Eropa ketika Berada di Batavia

22 Desember 2021   08:19 Diperbarui: 22 Desember 2021   08:30 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada masa kolonialisme serta imperialisme bangsa Eropa di Indonesia, para penjajah tidak hanya memikirkan semboyan Gold, Glory, dan Gospel yang mereka gaungkan untuk mendasari aktivitas eksplorasi dan eksploitasi. Untuk mendapatkan kekayaan, untuk menyerukan agama Kristen, dan untuk memperoleh kejayaan dari menjajaki tanah-tanah jajahan baru pun diperlukan kemampuan beradaptasi yang baik.

Berbeda dengan hewan dan tumbuhan yang terikat dengan iklim dan musim. Manusia merupakan satu-satunya makhluk hidup yang dapat hidup di semua tempat muka bumi. Kenapa Demikian? Karena tumbuhan dan hewan sangat mempertimbangkan kesesuaian keberlangsungan hidup mereka. Sebagai contoh, bahwa perpindahan hasil panen dari daerah tropis membutuhkan tindakan preventif yang tinggi agar dapat bertahan dengan musim dingin, seperti asam jawa (tamarindus indica), pohon salam (laurus nobilis), dan pisang (musa paradisiaca et Sapientum).

Begitu juga hewan, makhluk hidup ini juga menyesuaikan untuk di mana ia hidup. Banyak burung di belahan bumi utara yang melakukan migrasi ke daerah yang lebih panas (lebih tepatnya ke belahan bumi selatan) saat mulai memasuki musim dingin. Bukan semata-mata untuk mudik, namun alasan ribuan burung bermigrasi adalah untuk mencari makan dan menghindari musim dingin serta melanjutkan siklus perkembangbiakannya. Sama halnya anjing rumahan yang tidak akan mengikuti majikannya ke tengah gurun sahara di Afrika maupun ke bagian utara yang penuh dengan salju abadi.

Keistimewaan manusia yang dapat hidup di seluruh muka bumi, dan dapat pergi dari satu daerah ke daerah lainnya dengan jarak terjauh inilah yang harus kita sadari. Sejarah membuktikan pada abad ketujuh, kaum Saracen (orang Arab) meninggalkan tanah kelahiran mereka dan pada abad kedelapan mereka bertempat tinggal di tengah daerah Prancis. Dalam sejarah modern, ditemukan kisah-kisah menarik seperti kaum Negro menantang dinginnya musim dingin Eropa, kaum Armenia melakukan perjalanan melewati gurun pasir yang panas di Afrika, dan orang Eropa yang mendiami beberapa daerah di bawah garis khatulistiwa seperti Indonesia.

Sebelum orang Eropa dapat menjajaki dan hidup dengan waktu yang lama di daerah tropis Hindia Timur khususnya di Batavia, setidaknya mereka akan merasakan efek perubahan iklim, yaitu: kulit, paru-paru dan hati. Merunut seri naskah kuno Nusantara no. 50 mengenai kehidupan di Batavia tahun 1826 yang diterbitkan oleh Perpus Press tahun 2018, begitu kulit orang Eropa terkena pengaruh panas di daerah tropis, secara umum akan terasa seperti sengatan yang mengalir deras, menyebabkan rasa gatal dan ruam atau biasa disebut anjing merah (milirium tropicum), keringat lengket yang membanjir, telapak tangan terasa terbakar, yang pada akhirnya warna kulit menjadi percampuran warna merah dan putih khas orang Eropa ras Kaukasoid, kuning pucat, abu-abu pucat atau merah kekuningan.

Selanjutnya paru-paru yang sejatinya berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida dari darah, tidak bisa begitu sempurna di Batavia karena oksigen yang terserap tidak sebanyak saat ‘mereka’ di Eropa. Akibatnya pernapasan dan tekanan darah berkurang, serta fungsi paru-paru pun semakin berkurang. Inilah alasan munculnya terdapat sedikit penyakit payudara di daerah tropis dan juga panas yang berkelanjutan memiliki efek yang sangat merugikan bagi hati dan limpa.


Pulau Jawa yang merupakan jajahan dari Hindia-Belanda saat itu menjadi tempat yang paling utama dan ramai dikunjungi oleh bangsa-bangsa Eropa, namun tidak semua wilayah di pulau Jawa layak ditinggali mereka. Kemudian orang Eropa menyimpulkan area-area yang aman bagi kesehatan dan berbahaya bagi kesehatan, terdapat tiga tingkatan area yaitu:

1) Area yang tidak berbahaya bagi kesehatan serta udara yang tidak terlalu panas dan lembab,

2) Area yang tidak terlalu berbahaya bagi kesehatan namun udara lembab dan panas,

3) Area yang benar-benar berbahaya bagi kesehatan, udara panas, lembab serta bercampur dengan uap beracun (miasma)

Adapun area tingkat pertama sebagai berikut:

Daerah-daerah dataran tinggi, seperti: Bogor, Cipanas, Cianjur, Sumedang, 

Wilayah kesultanan: Yogyakarta dan Surakarta, 

Wilayah dataran tinggi di sekitar Semarang, seperti: Kedu, Cello, Kopeng, Salatiga, Ungaran, Srondol, karesidenan Pasuruan, daerah Barat Daya Surabaya. 

Area tingkat dua yaitu: Bandung, Karangsambung, Palimanan, Tegal, Pekalongan, Kendal, Semarang, Demak, Jepara, Rembang, Gresik, Surabaya dan daerah Selatan Batavia, seperti: Meester Cornelis (Jatinegara), Weltevreden (Sawah Besar), Rijswijk (Istana Negara), dan Molenvliet. Area tingkat tiga yaitu Bantam (Banten), Cirebon, Tuban, Banyuwangi dan kota Batavia.

Batavia, ibukota pulau Jawa, terletak di wilayah pesisir utara pulau ini pada 6° lintang selatan dan 122° bujur timur khatulistiwa. Kota ini berdiri di atas lahan berawa, yang kerap diselimuti kabut di pagi hari namun dengan cepat diserap oleh matahari. Dilewati oleh banyak saluran air yang mengalir ke sungai, namun kekuatan arusnya melemah sehingga menyebabkan stagnasi. Di daerah pesisir pantai (terutama di sebelah barat laut kota), banyak ditemukan rawa-rawa berlendir, serta pengaliran air bersih dari sungai terhambat oleh empang. Ini selalu menjadi sumber masalah bagi pencemaran atmosfir di Batavia, sehingga tidak mengherankan jika kehidupan masyarakat sangat tidak layak dan dapat cepat mengakibatkan kematian.

Penyakit yang banyak menimbulkan korban jiwa di Batavia dikenal dengan nama demam Batavia (febris Bataviae endemica). Penyebab utama demam ini adalah miasma, yang berasal dari pembusukan di pinggiran pantai, parit, dan rawa. Hampir ketiganya dapat ditemukan sepanjang pantai utara pulau Jawa, terutama di wilayah Batavia.

Miasma tidak hanya berkembang di wilayah ini, namun juga di sepanjang pantai dan dataran rendah berawa, hutan-hutan liar, serta pegunungan yang dipenuhi oleh ranting-ranting lembab. Berpadu dengan panas menyengat yang terperangkap dan lembab, serta udara yang mengalami stagnasi akibat tiupan angin yang lemah.

Pada tahun 1700-an, kondisi udara di Batavia sangat membahayakan dan menimbulkan korban jiwa yang sangat besar di kalangan orang-orang Eropa, sampai orang menjuluki Batavia sebagai makam-makam orang Eropa. Namun yang mengherankan adalah mengapa orang justru memberikan sebutan itu kepada Batavia, sedangkan masih banyak wilayah-wilayah lain di dunia ini yang memiliki situasi buruk dibandingkan Batavia. Banyak pemakaman masal orang-orang Eropa di Hindia Barat, seperti: Porto Belo, Veracruz, Havanna, Suriname dsb. Kemudian di Afrika: pemukiman di daerah Pantai Emas dan yang terakhir di perbatasan Asia: Kolkata, Siam, dsb.

Berdasarkan uraian di atas, tubuh orang Eropa menderita di daerah tropis Hindia Timur maupun Hindia Barat khususnya di Batavia. Bahkan Batavia dinobatkan oleh orang Eropa sebagai tempat yang sangat tidak layak ditempati dan dapat dengan cepat mengakibatkan kematian. Mungkin orang akan mengira bahwa mustahil bagi mereka untuk hidup di daerah tropis dalam waktu yang lama, dan sangat sulit untuk menentukan kapan gejala aklimatisasi ini berakhir.

Namun banyak orang Eropa yang setelah satu tahun menjadi terbiasa dengan iklim yang panas, seolah-olah rumahnya. Pernapasan menjadi lebih bebas, mengabaikan desakan air pada kulit, tidur lebih tenang, dll. Ada yang berjuang selama dua tahun untuk menyesuaikan diri, dan ada juga yang sejahtera selama dua tahun pertama, dan pada tahun ketiga masih terkena demam aklimatisasi. Dan tidak sedikit juga yang merasa frustasi lalu kembali ke kampung halamannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun