Perlukah fokus pada beasiswa untuk masyarakat berprestasi? Pertanyaan tersebut adalah salah satu inti mosi yang didapatkan kelompok penulis pada Forum Group Discussion, dengan peran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ulik tentang beasiswa, golongan masyarakat, permasalahan inti, solusi, dan refleksi menurut penulis.Â
Beasiswa adalah dana yang diberikan oleh instansi pemerintah maupun swasta demi kepentingan pendidikan bagi golongan masyarakat tertentu. Berbagai macam beasiswa contohnya KIP-K, GenBI, Beasiswa Unggulan, dan lain sebagainya. Dalam tingkat pemerintah, pemberi dana beasiswa adalah Kementerian Pendidikan atau institusi yang berhubungan.Â
Umumnya, ada dua golongan yang mendapatkan beasiswa, masyarakat kurang mampu dan berprestasi. Masyarakat kurang mampu mendapatkan beasiswa karena keterbatasan biaya untuk melanjutkan pendidikan, kinerja akademik yang baik, dan kepribadian yang bertanggung jawab. Sedangkan, masyarakat berprestasi datang dari berbagai lapisan masyarakat, mereka yang mendapatkan beasiswa pernah ikut kompetisi bergengsi tingkat nasional atau pencapaian tinggi lainnya.Â
Masyarakat berprestasi lekat dengan stereotip kekayaan, padahal masyarakat berprestasi bisa berasal dari kelas menengah ke bawah, menengah, dan menengah ke atas. Pada permasalahan utama, beasiswa berprestasi bisa berguna untuk masyarakat menengah ke bawah yang belum mendapatkan beasiswa kurang mampu, tentu saja dengan kriteria prestasi yang memadai. Kemudian, ada masyarakat kelas menengah yang berasal dari ekonomi pas-pasan, sehingga beberapa orang tua cukup sulit untuk memenuhi biaya pendidikan anaknya. Masyarakat berprestasi dari kelas menengah tersebut berhak mendapatkan beasiswa, tapi terkendala ikut beasiswa kurang mampu karena tidak termasuk kelas menengah ke bawah. Dua kasus tersebut menjadi urgensi perlunya pemerintah yang juga fokus pada beasiswa masyarakat berprestasi.Â
Maka solusi kita jelas, yaitu juga menaruh fokus pada beasiswa masyarakat berprestasi. Diperlukan mekanisme beasiswa masyarakat berprestasi yang jelas dan transparan guna mencegah beasiswa berlapis dan salah sasaran. Mekanisme beasiswa masyarakat berprestasi yaitu memiliki target kuota dari setiap lapisan masyarakat. Kuota terbanyak harus diberikan kepada masyarakat kelas menengah, sebagian diberikan kepada kelas menengah ke bawah, sebagian kecil lagi diberikan kepada kelas menengah ke atas dengan alasan khusus. Pembagian kuota harus mencapai setiap lapisan masyarakat demi mewujudkan beasiswa yang inklusif dan adil. Mekanisme berikutnya adalah seleksi beasiswa yang memprioritaskan prestasi tingkat nasional atau internasional dan memastikan tidak ada kecurangan.Â
Fokus yang seimbang dengan beasiswa masyarakat berprestasi adalah wujud pemerataan pendidikan secara adil yang tetap bisa tercapai di setiap lapisan masyarakat penting. Kembali ke pertanyaan awal, perlukah fokus pada beasiswa masyarakat berprestasi? Jawabannya perlu, bagi kelas menengah dengan ekonomi pas-pasan, bagi kelas menengah ke bawah yang belum mendapatkan beasiswa kurang mampu, dan bagi segelintir kecil kelas menengah ke atas dengan alasan khusus. Tidak lupa, penerima beasiswa masyarakat berprestasi harus memiliki prestasi akademik maupun non-akademik yang jelas dan sesuai kriteria.Â
Sebagai mahasiswa baru Universitas Airlangga, penting untuk melihat berbagai macam perspektif. Kita tidak bisa memandang masyarakat kurang mampu saja yang berhak mendapatkan prioritas beasiswa. Masyarakat berprestasi kelas menengah dengan ekonomi pas-pasan juga berhak atas beasiswa. Kemudian, dengan memecah masyarakat berprestasi menjadi tiga golongan, kita paham bahwa kehidupan dan kebutuhan mereka masing-masing berbeda. Kemampuan melihat perspektif lain tersebut bisa menumbuhkan empati. Empati inilah yang penting dalam kehidupan, apalagi dalam membuat suatu kebijakan di sisi pemerintah. Pemerintah tanpa empati akan gagal dalam mengidentifikasi masalah utama, sehingga menyebabkan ketimpangan dan ketidakadilan berkelanjutan. Namun, kita tidak bisa menuntut pemerintah untuk berempati sebelum kita dahulu yang memiliki empati. Oleh karena itu, mari ciptakan empati dengan melihat beragam perspektif, dimulai dari diri kita sendiri. Hidup mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI