"Manusia dilahirkan sebagai kertas putih, dan dia sendiri yang akan menuliskan jalan hidupnya diatas kertas itu". ~John Locke
Manusia merupakan makhluk sosial, makhluk yang tidak bisa hidup sendiri, makhluk yang membutuhkan makhluk hidup lainnya. Setiap manusia memiliki keinginan dan kepentingannya masing-masing, sehingga dalam mewujudkan keinginannya tersebut mereka (manusia) membutuhkan manusia lainnya.Â
Dinamika kehidupan manusia berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Ada yang hidupnya bahagia, ada juga yang sengsara. Dalam upaya memahami manusia, ada caranya atau ada teorinya . Dalam buku menjadi manusia menjadi hamba karya Fahruddin Faiz ada lima teori dalam memahami manusia, yaitu teori fatalistik, teori behaviorisme, teori dualisme, teori humanisme, dan teori psikoanalisis. Â Â
1. Teori Fatalistik
Teori fatalistik, kalau dalam Islam dikenal sebagai Jabariyah. Teori fatalistik ini memandang bahwa kehidupan manusia sudah ditetapkan oleh Allah Swt sampai kepada sesuatu yang sifatnya detail yang paling kecil.Â
Dalam pandangannya kaum Jabariyah, orang baik atau jahat merupakan takdir yang sudah digariskan Allah, termasuk ashabul yamin atau ashabusy-syimal.Â
Antara seseorang masuk neraka atau surga, sejatinya sudah ditetapkan oleh Allah swt. Walaupun manusia berupaya untuk berbuat baik sedemikian rupa, ketika takdirnya masuk neraka ya dia akan masuk neraka, begitu juga sebaliknya.Â
Perspektif jabariyah ini bisa diibaratkan manusia adalah wayang, dimana dalangnya sudah melabeli tiap wayang dengan sifat jahat atau baik. Mau bagaimanapun wataknya wayang sengkuni dia jahat, maka dalang nya dalam memainkan sengkuni sesuai wataknya yakni jahat.
2. Teori BehaviorismeÂ
Teori behaviorisme menyatakan bahwa kullu mauluudin yuuladu ‘alal-fitrah (manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah atau kosong). Perspektif ini sama seperti teori tabula rasa oleh John Locke yang menyatakan bahwa manusia dilahirkan sebagai kertas putih, dan dia sendiri yang akan menuliskan jalan hidupnya diatas kertas itu .Â