Mohon tunggu...
Muhammad Nauval
Muhammad Nauval Mohon Tunggu... Perawat | Aceh Tulen

Pecinta Kopi Hitam Tanpa Gula

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Po Meurah yang Kehilangan Rumah: Antara Saree, Pawang, dan Harapan

2 Oktober 2025   21:27 Diperbarui: 2 Oktober 2025   21:27 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Po Meurah merupakan sebutan untuk Gajah oleh masyarakat Aceh, Sumber (1001 Indonesia)

"Langkah Po Meurah adalah detak jantung hutan. Jika ia terhenti, maka berhenti pula kehidupan yang kita kenal."

Saya masih ingat jelas, setiap liburan mengikuti orang tua ke Banda Aceh, kami pasti melewati Saree. Sebuah Gampong yang terletak di Kemukiman Gunung Biram, Lembah Seulawah, Kabupaten Aceh Besar. Bagi saya, Saree bukan hanya menjadi jalan lintas, tetapi menjadi momen yang indah untuk dikenang. Di pinggir jalan, berdiri hewan kokoh, besar dan ramah. Masyarakat Aceh menyebutnya Po Meurah atau biasa kita kenal dengan nama Gajah Sumatera.

Tubuhnya yang tinggi, telinga lebar, dan belalainya yang menjulur panjang membuat anak kecil merasa takjub ketika melihatnya. Saya sering menonton gajah beratraksi ketika melewati jalan Saree saat kecil. Ini menjadi pusat perhatian masyarakat kala itu. Belum sah jika liburan ke Banda Aceh kalau tidak menonton pertunjukan gajah di Saree. Tak ada rasa takut, hanya takjub dan kagum ketika melihat gajah yang ditunggangi oleh manusia. Hingga sekarang, Saree masih dikenal dengan wisata gajahnya, meski ada sedikit penurunan jumlah penonton setiap tahunnya.

Namun, pengalaman berbeda saya temui di Kabupaten Pidie, tempat kelahiran saya. Disana, Po Meurah bukan menjadi tontonan yang dinantikan, tetapi berubah menjadi sebuah ancaman yang ditakuti oleh banyak masyarakat. Mereka sering masuk ke kebun warga, merusak tanaman, bahkan sampai ada yang jatuh korban. Gajah yang dulu menjadi bagian kenangan yang indah, kini berubah menjadi keluh kesah.

Pertanyaannya, apakah Po Meurah yang berubah? ataukah justru rumah mereka yang semakin menyempit akibat ulah kita?

Luka Bersama di Tanah Pidie

Senada dengan keresahan di Kampung halaman saya, berdasarkan data dari BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) mencatat bahwa konflik gajah dan manusia di Kabupaten Pidie terjadi di 65 desa dan tersebar di 11 Kecamatan. Hampir setiap tahun ada saja interaksi negatif gajah dan manusia yang terjadi. Sepanjang 2021 ada 61 interaksi negatif terjadi di Kabupaten Pidie, angka tertinggi di Aceh.

Tak hanya itu, berdasarkan laporan Sains Kompas, sebanyak 85% habitat gajah sekarang berada di luar Kawasan konservasi, termasuk di area kebun warga. Hal ini menandakan jika habitat Po Meurah semakin terdesak. Populasinya pun semakin sedikit, kini hanya ada sekitar 500-600 ekor gajah di Aceh.

Tragisnya, bukan hanya kebun saja yang rusak. Sejak 2013 hingga 2023 ada delapan petani yang meninggal di amuk gajah liar. Bukan hanya dari sisi manusia, interaksi negatif gajah dan manusia sejak 2016 hingga 2021 ada 27 gajah yang mati akibat konflik langsung ini. (Sumber Kompas.com)

Walaupun data korban spesifik 2025 belum terpublikasi, indikasi terbaru menunjukkan konflik manusia dan Po Meurah masih cukup intens di Pidie. Misalnya ada usaha donasi dan kampanye mitigasi konflik oleh Kopi Leuser sedang digalakkan sejak awal 2025. Ini menandakan bahwa masyarakat masih merasakan dampak nyata dari gajah liar yang memasuki area warga.

Pawang, Sahabat Po Meurah dan Warga

Potret keakraban Pawang dan Gajah, Sumber (Mongabay)
Potret keakraban Pawang dan Gajah, Sumber (Mongabay)
Terlepas dari permasalahan yang ada, konflik antara gajah dan manusia bukan berarti tanpa jalan keluar. Salah satu solusi yang masih relevan hingga saat ini adalah dengan peran Pawang gajah. Di Saree, kini mengenal adanya Conservation Response Unit (CRU) yang melibatkan gajah jinak dan pawang untuk menggiring gajah liar kembali ke habitatnya. Pawang bukan hanya sebagai penunggang, namun lebih dari itu. Pawang mampu memahami bahasa tubuh gajah, mengerti apa yang kita tidak tahu, dan memahami apa yang kita tidak paham mengenai gajah. Mereka mampu berkomunikasi dengan Po Meurah dan bisa menjadi penengah dan mediator antara gajah dan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun