Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Maruf
Muhammad Thoha Maruf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis yang gemar beranjangsana. Kadang juga aktif di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Katanya Hari Pendidikan Nasional

6 Mei 2021   21:02 Diperbarui: 6 Mei 2021   22:28 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : istimewa/https://rise.smeru.or.id/

Bahkan menghargai muridnya yang secara usia jauh lebih muda dibandingkan umurnya. Seorang guru harus menjadi suri tauladan bagi seorang murid-murid yang masih belia. Gelas si murid masih banyak yang kosong, sehingga perlunya diberikan ilmu-ilmu dan didikan didikan yang bermanfaat untuk bekalnya di masa depan.

Guru jangan hanya mengurusi urusan honor yang diterimanya, atau tunjangan yang diberikan pemerintah. Tapi lebih dari itu, guru juga harus bisa memberikan sesuatu yang lebih kepada seorang peserta didik yang sudah menjadi kewajibannya. Yakinilah perjuangan yang telah dilakukan pasti akan mendapatkan hasil yang setimpal.

Selanjutnya, seorang dosen di perguruan tinggi. Dosen yang identik dengan gelar yang renteng-renteng, perannya sangat sia-sia jika tidak bisa menjembatani para generasi muda untuk menemukan cita-cita yang dia inginkan. Yang dihadapi dosen bukan lagi seorang siswa yang masih perlu dituntun, tetapi seorang mahasiswa yang harus diarahkan ke arah yang lebih baik.

Dosen harus kreatif dengan sering melakukan penelitian, jika perlu melibatkan peran mahasiswa agar kelak dapat meneruskan apa yang dilakukannya. Ilmu-ilmu yang ditularkan seorang dosen jangan hanya textbook, tetapi juga harus melihat realita yang ada di lapangan.

Pemerintah sebagai yang menjalankan roda pemerintahan harus bisa membuat kebijakan yang tidak merugikan semua elemen dalam dunia pendidikan. Baik itu tenaga pendidik, pendidik, adapun masyarakat secara luas.

Pemerataan pendidikan menjadi hal yang wajib. Di era seperti saat ini seharusnya daerah di Jawa tidak lagi menjadi epicentrum pendidikan di tanah air. Papua, Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Maluku, Nusa tenggara Bali bisa digunakan untuk tempat-tempat pendidikan yang lebih maju dibandingkan di daerah Jawa.

Pendidikan juga harus menyasar orang-orang yang mempunyai taraf ekonomi menengah ke bawah. Bahwa ketertinggalan pendidikan di Indonesia seharusnya menjadi pelecut untuk bergerak ke arah yang lebih maju. Bukan malah merenungi nasib tanpa melakukan sebuah perubahan.

Pemerintah juga harus bersedia untuk dikritik, karena dengan kritikan itulah bibit-bibit perubahan demi arah yang lebih baik akan bisa terbentuk. Produk-produk lama yang dirasa gagal harusnya ditinggalkan, bukan malah diulangi kembali.

Pendidikan dalam negeri ini juga harus mengetahui keadaannya saat ini. Bagaimana teknologi menggerus buku yang dulu menjadi bahan pokok untuk mendulang ilmu pengetahuan. Pendidikan harus menyesuaikan hal tersebut. Jika tidak, bagaimana nasib pendidikan di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun