Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Maruf
Muhammad Thoha Maruf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis yang gemar beranjangsana. Kadang juga aktif di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Katanya Hari Pendidikan Nasional

6 Mei 2021   21:02 Diperbarui: 6 Mei 2021   22:28 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto : istimewa/https://rise.smeru.or.id/

Hari pendidikan nasional yang diperingati setiap tahunnya seing kali hanya menjadi ajang sebar pamflet dan ucapan saja.Padahal, bagi saya melakukan hal seperti itu lebih parah dari pada pengerdilan makna. Terus sebenarnya, seperti apa cara yang benar dalam merayakan Hardiknas pada tanggal 2 Mei.

Sebenarnya banyak sekali cara yang bisa digunakan untuk memperingati peringatan itu, dengan memperhatikan kedudukan yang saat ini kita miliki. Dengan begitu Hardiknas bukan hanya berisi quote-quote klise, melainkan langkah konkret yang sangat berguna.

Jika kita sebagai seorang siswa, maka kita bisa menggali potensi-potensi yang kita miliki sejak kecil. Saat ini, permasalahan yang sering dialami di saat proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di bangku sekolah adalah pelajaran dipaksakan masuk di dalam otak yang berbeda-beda.

Dengan menggali potensi, masa depan seorang anak kecil akan terpampang lebih jelas pada masa depan. Dengan begitu potensi tersebut bisa dikembangkan hingga menjadi keahlian yang bisa berguna bagi orang lain.

Sebelum melakukan hal tersebut, perlunya kita untuk melihat seberapa penting pelajaran-pelajaran yang diberikan seorang guru kepada kita. Pastikan apa yang dilakukan tidak merugikan orang lain.

Kemudian jika kita menjadi mahasiswa, kita harus bisa mengintropeksi diri. Ternyata umur kita sudah menjelang masa dewasa. Oleh karena itu itu yang perlu dilakukan adalah menebar kebaikan untuk orang lain.

Sebagai seorang generasi muda, yang sering diberikan label agent of change dan agent of social control, sudah sepatutnya mahasiswa menjadi pelopor perubahan dalam sebuah negara. Makanya tidak ada istilah lagi dituntun ataupun menunggu.

Tetapi mahasiswa harus berani bergerak sendiri memperjuangkan kebenaran. Dan tak lupa harus menjadi pelopor gerakan perubahan untuk pendidikan di Indonesia yang lebih baik lagi.

Setelah mengarungi 12 tahun mulai dari tingkat SD sampai SMA, mahasiswa tentu sudah mengetahui seluk beluk pendidikan di Indonesia, carut-marut pendidikan di Indonesia. Maka itulah tugas yang harus dituntaskan oleh mahasiswa untuk memberikan perubahan.

Idealisme yang dimiliki seorang mahasiswa harus tetap digunakan jangan sampai digadaikan hanya untuk kepentingan perut. Masa depan bangsa di tanganmu. Itu adalah istilah yang bisa kita sematkan pada generasi muda ini.

Kemudian untuk seorang guru, "Guru bukan dewa, dan murid bukan kerbau," istilah yang dikemukakan Soe Hoek Gie tersebut mungkin masih relevan untuk keadaan saat ini. Dalam dunia pengetahuan yang selalu berkembang tidak ada seorangpun yang perkataannya selalu benar. Oleh karena itu itu guru juga harus tetap menghargai orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun