Mohon tunggu...
Muhammad Thoha Maruf
Muhammad Thoha Maruf Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Penulis yang gemar beranjangsana. Kadang juga aktif di sosial media.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hargailah Proses

5 Oktober 2020   21:05 Diperbarui: 5 Oktober 2020   21:07 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di dunia yang serba rumit ini tidak ada yang instan. Mie Instan pun, yang tertera label instant juga harus melalui proses yang lumayan lama untuk memasaknya. Mulai memanaskan air, merebus mie, meracik bumbu, sampai mencampur bahan-bahan yang dibutuhkan.Hasil-hasil yang kita peroleh selama ini tentu juga melalui proses. Tidak jarang, tenaga, waktu hingga biaya kita korbankan hanya untuk mencapai hasil yang diinginkan. Untuk menggapai cita-cita dan impian.

Beberapa hari yang lalu saya sempat mendapat protes yang sangat keras dari orang terdekat. Bahkan ia sangat kecewa dengan perilaku yang saya lakukan. Saya ketahuan merokok---kegiatan yang sudah dilakukan berulang-ulang.

Saya sendiri bingung harus berbuat bagaimana. Sebab sudah menjadi kebiasaan. Tapi jujur, ingin menghilangkan kebiasaan itu, dengan cara perlahan-lahan. Maklum, lingkungan saya hampir semuanya perokok aktif.

Awal-awal mulai kecanduan rokok. Dalam satu hari bisa menghabiskan satu bungkus. Bagi kebanyakan orang itu lazim. Bagi seorang pemula bagi saya itu hal yang tidak lazim. Kebiasaan seperti itu hampir dilakukan setiap hari.

Cara yang saya lakukan untuk menghilangkan kebiasaan itu adalah berusaha mengonsumsi minuman atau makanan yang dapat digunakan sebagai selingan. Ternyata acara itu percuma, perut terasa tidak nyaman ketika terlalu kenyang.

Cara lain yang ditempuh, dengan cara memaksakan diri untuk tidak merokok. Sekali lagi itu hal yang sulit bagi seorang yang sudah kecanduan seperti saya.

Perjuangan yang dilakukan akhirnya mulai menemui cerah. Pemaksaan itu mulai menampakkan hasil. Konsumsi rokok berkurang. Ketika bertemu dengan teman-teman, saya tidak lagi minta rokok dari mereka. Meskipun diberi tanpa harus meminta.

Setelah itu, saya mencoba mengurangi berinteraksi dengan perokok aktif. Dalam hati terasa berat. Mengubah sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan menjadi hal yang tidak biasa.

Ternyata itikad baik yang selama ini saya lakukan, tidak diterima dengan baik oleh orang terdekat. Tanpa melakukan penerawangan yang lebih dalam, orang tersebut langsung saja menghakimi. Bahwa kamu bersalah.

Saya memahami, bahwa saya bersalah. Tapi, tindakan seperti ini terlalu berlebihan. Walaupun merokok itu tidak baik.

Sebab merasa bersalah. Tentu, sikap diam adalah cara terbaik untuk menyikapi. Tidak akan ada pergulatan argumen atau bahkan hingga cara yang menjurus ke arah kekerasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun