Publik tentu tak akan lupa bagaimana mantan Mendikbud itu meraih kursi DKI-1 saat tensi politik tengah terpecah belah dengan Basuki Tjahaja Purnama, yang kini menjadi Komisaris Utama Pertamina. Ahok, sapaannya, dituduh melakukan penistaan agama atas Surah Al-Maidah ayat 51. Barisan massa Islam konservatif, yang dimotori oleh Front Pembela Islam (FPI) -- kini sudah dibubarkan -- berdemonstrasi menuntut Ahok dihukum atas blundernya. Terbaginya dua kubu -- cebong dan kampret -- turut memanaskan arena politik, dan dengan hukuman pidana kepada Ahok, maka Anies melenggang mulus menuju Balaikota.
Mengingat 5 tahun kebelakang, tentu publik memiliki paranoid tinggi terhadap Anies, terutama para pendukung Presiden Jokowi yang juga pendukung Ahok. Kaum nasionalis tentu akan memilih siapapun -- asal bukan Anies -- yang mampu mengutamakan Pancasila di atas segala-galanya dan membasmi bibit-bibit terorisme serta intoleransi. Tetapi, Tuhan Yang Maha Esa tentu telah menyiapkan takdir apa yang terbaik bagi Indonesia nanti. Selama masih mampu, maka siapapun dapat menjadi penguasa 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke. Anies tentu sudah siap akan segala tantangan dan cobaan yang akan menimpanya, apabila serius berkontestasi di Pilpres 2024. Ia tentu paham bahwa pemilu tak hanya sekadar mendaftar menjadi kandidat, tetapi juga berkampanye di seluruh negeri untuk memberi pemahaman masyarakat akan visi misinya.
Petuah Anies ini, mungkin menggambarkan perjalanannya kelak:
"Pilih jalan mendaki, karena itu akan mengantar kita ke puncak-puncak baru"