Preseden Rusia sudah jelas, FIFA mampu bertindak tegas. Kini giliran Israel yang harus merasakan isolasi. Indonesia, dengan sejarah solidaritasnya, harus menjadi penggerak moral di panggung sepak bola global.Â
Indonesia memang pernah menghadapi dilema terkait sepak bola dan Palestina. Kasus pembatalan Piala Dunia U-20 2023 karena kontroversi kehadiran Israel menjadi pelajaran penting. Namun dari pengalaman pahit itu, Indonesia bisa bangkit lebih bijak. Bedanya, kali ini isu bukan lagi sekadar penyelenggaraan turnamen domestik, melainkan sikap global terhadap FIFA.
Maka, keberanian untuk bersuara adalah kuncinya. Indonesia tidak perlu sendirian. Dukungan dari negara-negara Arab, Afrika, Asia Selatan, hingga Amerika Latin dapat dijalin. Gerakan solidaritas global dalam olahraga selalu lahir dari konsensus moral, bukan sekadar kepentingan politik jangka pendek.
Pada akhirnya, pertanyaan mendasar harus diajukan. Maukah Indonesia tetap berdiri pada barisan moral dunia, atau memilih diam dengan risiko mengkhianati sejarah solidaritasnya terhadap Palestina? Piala Dunia hanyalah turnamen, tetapi sikap terhadap keadilan adalah warisan bangsa. Jika Rusia bisa dibekukan, maka Israel pun harus merasakan hal yang sama. Inilah saatnya Indonesia mengambil peran, menyuarakan boikot, dan menuliskan sejarah baru dalam diplomasi olahraga global.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI