Jika Rusia bisa dibekukan karena invasi ke Ukraina, mengapa Israel dibiarkan bebas meski melakukan genosida di Palestina? Sepak bola harus berdiri di sisi keadilan, bukan menjadi panggung legitimasi kejahatan.Â
Dampak boikot juga bisa jauh melampaui Israel. Keputusan ini akan mengirim pesan global bahwa olahraga internasional adalah arena yang memiliki tanggung jawab etis. Sepak bola bukan hanya tentang kompetisi dan hiburan, tetapi juga soal solidaritas dan keadilan. Inilah yang membuat langkah terhadap Israel bukan sekadar sanksi, melainkan sebuah deklarasi moral.
Sejarah menunjukkan bahwa olahraga kerap menjadi katalis perubahan sosial dan politik. Boikot terhadap apartheid Afrika Selatan, misalnya, terbukti mempercepat runtuhnya sistem diskriminasi itu. Jika dunia sepak bola berani mengambil langkah serupa terhadap Israel, maka solidaritas terhadap Palestina akan menemukan momentum yang lebih kuat.
Kini, dunia menanti apakah FIFA dan UEFA berani menegakkan prinsip yang sama. Di saat genosida berlangsung, diam adalah bentuk keberpihakan. Sepak bola, dengan jutaan penggemarnya di seluruh dunia, punya kekuatan untuk mengguncang opini publik global. Dan ketika bola bergulir, ia bisa membawa pesan: keadilan tidak boleh dikalahkan oleh kekerasan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI