Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Bediding Bukan Alasan Rebahan, Ayo Wisata Edukatif ke Desa

22 Juni 2025   01:54 Diperbarui: 22 Juni 2025   01:54 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata tracking desa sebagai pilihan aktivitas di musim Mbediding (Sumber: trekkingsentulmurah.com)

Musim bediding datang dengan suasana yang khas di Indonesia. Pagi dingin menusuk tulang, siang yang hangat namun tak terik, sore yang tenang, dan malam yang penuh bintang. Inilah cuaca peralihan yang sering dianggap menyulitkan tubuh, tapi sebetulnya membawa berkah bagi jiwa yang ingin beristirahat dari hiruk pikuk perkotaan. Terlebih, ketika musim ini bersamaan dengan liburan sekolah. Kita perlu bertanya, aktivitas apa yang paling cocok dilakukan agar tak sekadar "rebahan"?

Jawabannya bisa jadi terletak di desa. Desa-desa wisata halal di Indonesia menyimpan kekayaan aktivitas ramah keluarga yang justru sangat serasi dengan musim bediding. Dengan suhu yang adem, anak-anak dan orang tua bisa menjelajah alam tanpa kepanasan, sekaligus belajar banyak hal dari budaya lokal yang masih terjaga. Ini adalah kesempatan bagi masyarakat kota untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang edukatif, menyehatkan, dan memperkuat nilai spiritual.

Musim bediding memang menuntut tubuh untuk beradaptasi. Namun justru karena cuaca dingin inilah, aktivitas luar ruang seperti tracking ringan ke perbukitan, jelajah kebun sayur, hingga memetik stroberi menjadi lebih nyaman dilakukan. Jika dilakukan di desa-desa berhawa sejuk seperti Lembang, Kopeng, atau Batu, maka wisata semacam ini menjadi healing alami yang tak bisa disamai oleh wisata mal atau wahana buatan.

Musim bediding bukan sekadar dingin yang menggigit, tapi momen hangat untuk mendekatkan keluarga, menguatkan imun dengan alam, dan membangkitkan ekonomi desa lewat wisata halal yang sarat nilai. Alam mengajarkan: yang sejuk bisa menjadi ruang paling hangat untuk tumbuh.

Aktivitas wisata halal pedesaan juga bisa diarahkan untuk memperkuat edukasi anak-anak selama liburan sekolah. Misalnya, mengikuti pelatihan beternak domba secara syar'i, belajar membatik dari pengrajin lokal perempuan, atau merasakan langsung panen raya sayuran organik. Semuanya bisa menjadi bagian dari wisata edukasi halal yang menghibur sekaligus mencerdaskan.

Keunggulan wisata halal berbasis desa adalah pada sinergi antara ketenangan lingkungan, kearifan lokal, dan keberpihakan terhadap syariat. Di banyak desa wisata halal, makanan yang disajikan tidak hanya lezat dan segar, tetapi juga dijamin kehalalannya. Penginapan pun sudah banyak yang menerapkan sistem syariah homestay, lengkap dengan jadwal adzan, petunjuk kiblat, dan mushola yang nyaman.

Tak kalah penting, musim dingin seperti ini mengajarkan kita untuk menjaga stamina. Banyak desa wisata menawarkan jamu tradisional atau ramuan herbal seperti wedang jahe, kunyit asam, dan jamu empon-empon. Menikmati minuman hangat di beranda rumah panggung sembari memandangi hamparan sawah yang berembun. Itulah bentuk kemewahan sejati yang tak bisa dibeli dengan tiket pesawat first class.

Liburan sekolah kali ini dapat dijadikan momen untuk mempererat relasi keluarga. Di desa, anak-anak bisa belajar membantu orang tua, saling tolong-menolong dengan masyarakat lokal, serta menyadari betapa pentingnya kerja keras dan kesederhanaan. Inilah nilai-nilai yang kerap hilang dalam kehidupan urban yang serba digital dan instan.

Bagi pelaku ekonomi mikro, momen ini harus ditangkap sebagai peluang. UMKM lokal bisa menyusun paket wisata edukatif musiman, menjual produk kuliner khas bediding, seperti jagung bakar, kacang rebus, atau mie godhog kampung. Wisata edukatif demikian jelas dapat menawarkan pengalaman spiritual seperti tadabbur alam, pengajian outdoor, atau bahkan pelatihan tahfiz singkat selama liburan.

Dengan meningkatnya kesadaran akan gaya hidup halal dan ramah lingkungan, wisata halal pedesaan akan menjadi tren baru yang terus menanjak. Pemerintah daerah dan komunitas lokal harus menyiapkan diri sebagaimana ketersediaan pelatihan pemandu wisata, standarisasi homestay, serta digitalisasi promosi menjadi keniscayaan agar tidak kehilangan momentum saat musim bediding kembali datang tahun depan.

Menariknya, banyak pengunjung yang justru merasa lebih 'kaya' usai liburan di desa. Bukan karena harta, tapi karena pengalaman dan nilai-nilai kehidupan yang mereka dapatkan. Inilah potensi wisata yang membentuk karakter bangsa, menghubungkan manusia dengan alam, Tuhan, dan sesamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun