Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Aksi Bersih Rawa Pening dan Ketahanan Bencana Berbasis Komunitas

13 Juni 2025   09:32 Diperbarui: 13 Juni 2025   09:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi bersih-bersih Rawa Pening (Sumber: antarafoto.com)

Dalam suasana pagi yang teduh dan udara segar yang masih membelai kawasan Bukit Cinta Rawa Pening, Banyubiru, Kabupaten Semarang, semangat cinta lingkungan hidup mengalir bersama aktivitas para relawan. Kamis, 12 Juni 2025, menjadi momentum penuh makna dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Di tempat yang sarat makna ekologis ini, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) PWNU Jawa Tengah bersama PT Sido Muncul menggelar kegiatan bertajuk Kolaborasi Kurangi Polusi Plastik, Perubahan Iklim dan Tanggap Bencana.

Kegiatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan bentuk nyata aksi lingkungan yang menggugah kesadaran publik. Melalui agenda Bersih Rawa dan Sarasehan Lingkungan, sebanyak 100 relawan dari warga Nahdlatul Ulama (NU) dan masyarakat umum bahu-membahu membersihkan Rawa Pening dari invasi eceng gondok dan sampah plastik yang telah lama menjadi ancaman ekologi kawasan ini.

Rawa Pening bukan hanya keindahan lanskap yang memesona, tapi juga paru-paru ekologis yang vital bagi ekosistem sekitarnya. Danau alami seluas lebih dari 2.500 hektare ini telah lama menjadi sumber penghidupan masyarakat, baik untuk irigasi, perikanan, hingga pariwisata. Namun, dalam beberapa dekade terakhir, tekanan lingkungan akibat sedimentasi, limbah rumah tangga, dan polusi plastik mulai merongrong daya dukungnya.

Dalam kegiatan Bersih Rawa, para relawan turun langsung ke dermaga, mengevakuasi tumpukan eceng gondok yang menutupi permukaan air. Tumbuhan ini memang memiliki manfaat ekologis, namun penyebarannya yang tak terkendali justru menghambat sirkulasi air dan membunuh organisme air. Aksi pembersihan ini dilakukan dengan semangat gotong royong, nilai luhur yang selama ini melekat dalam tradisi NU.

Di sisi lain, Sarasehan Lingkungan menjadi ruang reflektif dan edukatif yang melibatkan berbagai elemen keluarga besar NU seperti PCNU Kabupaten Semarang, Muslimat NU, Fatayat NU, IPNU, IPPNU, GP Ansor, dan Banser. Diskusi mengalir hangat tentang pentingnya kesadaran ekologi, mitigasi bencana, serta tantangan perubahan iklim yang makin nyata terasa dalam kehidupan sehari-hari.

LPBI PWNU Jawa Tengah menekankan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pra-bencana yang bertujuan membangun kesiapsiagaan komunitas. Dalam konteks keberlanjutan lingkungan, kesiapsiagaan bukan hanya soal merespons bencana, tetapi bagaimana masyarakat bisa membangun ekosistem yang tangguh dan adaptif sejak dini.

PT Sido Muncul, sebagai mitra kegiatan, turut mempertegas komitmennya dalam mendukung konservasi dan pelestarian lingkungan. Dukungan mereka dalam kegiatan ini adalah contoh nyata bagaimana sektor swasta dapat berkontribusi aktif dalam agenda keberlanjutan lingkungan melalui kemitraan strategis dengan masyarakat sipil dan keagamaan.

Kolaborasi ini menunjukkan bahwa menjaga lingkungan bukan hanya urusan pemerintah atau aktivis, tapi tanggung jawab kolektif. Ketika organisasi masyarakat keagamaan seperti NU mengambil peran aktif dalam advokasi lingkungan, maka transformasi perilaku menuju gaya hidup berkelanjutan bisa menyentuh hingga lapisan masyarakat terbawah.

Kegiatan ini juga menegaskan bahwa pendekatan berbasis komunitas (community-based approach) sangat relevan dalam isu-isu konservasi. Ketika warga merasa terlibat langsung dalam upaya menjaga ekosistem lokal seperti Rawa Pening, maka muncul rasa memiliki dan tanggung jawab jangka panjang.

Dalam sarasehan tersebut, juga dibahas pentingnya edukasi lingkungan sejak dini melalui lembaga pendidikan NU dan pesantren. Dengan membangun kurikulum hijau yang kontekstual, generasi muda dapat tumbuh dengan kesadaran ekologis yang tinggi dan menjadi agen perubahan bagi masa depan bumi.

Rawa Pening sebagai lanskap air dan budaya menyimpan banyak pelajaran. Kerusakannya adalah cermin dari ketidakseimbangan antara eksploitasi dan konservasi. Namun harapan masih terbuka lebar jika sinergi seperti ini terus diperkuat, terlebih dengan pendekatan spiritualitas ekologis yang tumbuh dalam ajaran Islam rahmatan lil 'alamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun