Tim nasional Indonesia tengah memasuki fase krusial dalam perjalanan mereka menuju panggung Piala Dunia 2026. Dalam dua laga sisa Ronde 3 Kualifikasi menghadapi China (5 Juni) dan Jepang (10 Juni), Garuda akan diuji ketangguhannya, baik secara teknis, taktis, maupun mental. Ini adalah momen pembuktian, bukan hanya untuk pemain dan pelatih, tetapi juga untuk seluruh ekosistem sepakbola nasional yang terus bergeliat menuju pentas dunia.
Dengan posisi keempat di klasemen Grup C dan koleksi 9 poin, peluang Indonesia untuk lolos langsung ke Piala Dunia masih terbuka, meski penuh tantangan. Arab Saudi yang berada di posisi ketiga hanya unggul satu poin, dan Australia di peringkat kedua unggul empat poin. Skenario lolos otomatis masih bisa terjadi jika Indonesia mampu meraih poin maksimal, namun tentu bukan perkara mudah melawan dua kekuatan raksasa Asia seperti China dan Jepang.
Namun, tim besutan Patrick Kluivert harus menghadapi kenyataan pahit, yaitu beberapa pemain kunci absen melawan China. Maarten Paes sang kiper utama yang tampil impresif di laga-laga sebelumnya, dipastikan absen karena cedera. Absennya Marselino Ferdinan dan Ragnar Oratmangoen akibat akumulasi kartu kuning, serta Eliano Reijnders karena urusan keluarga, membuat Indonesia kehilangan kekuatan sentral di lini tengah dan sayap.
Kondisi fisik para pemain juga menjadi perhatian. Sandy Walsh diragukan tampil akibat cedera, sementara Jordi Amat mengalami radang tenggorokan. Dalam kompetisi seketat ini, kebugaran menjadi faktor pembeda. Sebagai dosen kesehatan olahraga, saya menilai bahwa rotasi dan pemulihan pemain harus menjadi prioritas agar pemain yang tersisa tampil maksimal, terutama dalam dua pertandingan yang berdekatan secara jadwal dan menuntut intensitas tinggi.
Meski demikian, harapan belum padam. Indonesia masih memiliki kedalaman skuad yang cukup untuk tampil kompetitif. Pemain seperti Egy Maulana Vikri, Yakob Sayuri, Rafael Struick, Beckham Putra, dan Stefano Lilipaly menjadi tumpuan serangan. Khusus nama terakhir, Lilipaly yang sudah berusia 35 tahun punya pengalaman dan ketenangan yang dibutuhkan di laga besar. Ia bisa menjadi pengganti peran Marselino dalam mengatur tempo dan memberi keteladanan bagi pemain muda.
Secara taktik, lawan China membuka peluang. Tim asuhan Branko Ivankovi ini meski memiliki fisik superior, seringkali tampil inkonsisten dan tidak solid dalam transisi bertahan. Ini bisa dimanfaatkan oleh Indonesia dengan pressing cepat dan serangan balik eksplosif, apalagi jika Rafael Struick dan Yakob Sayuri bermain sebagai inverted winger yang menusuk dari sisi sayap ke tengah.
Piala Dunia bukan hanya tentang negara kuat, tapi tentang mereka yang berani bermimpi dan bertarung hingga akhir. Meski badai cedera datang, Garuda tetap terbang tinggi, bukan karena sempurna tapi karena pantang menyerah!Â
Menghadapi Jepang tentu cerita berbeda. Negeri Matahari Terbit ini adalah raksasa Asia dengan sistem permainan yang terstruktur dan teknik individu tinggi. Target realistis Indonesia dalam laga kontra Jepang adalah memperkecil margin kekalahan, menjaga moral tim, dan menghindari kerusakan dalam selisih gol, karena menjadi faktor yang bisa memengaruhi penentu di akhir klasemen. Namun, kejutan bukan mustahil jika Indonesia bermain disiplin dan bertahan total sembari menanti peluang dari bola mati.
Dari perspektif manajemen industri olahraga, laga-laga ini bukan sekadar pertandingan, tetapi momen penting dalam membangun citra internasional sepakbola Indonesia. Kualifikasi Piala Dunia adalah etalase global. Performa baik, bahkan jika hanya satu kemenangan dari dua laga, dapat meningkatkan kepercayaan sponsor, memperluas pasar hak siar, serta menumbuhkan nilai komersial pemain-pemain Indonesia.
Kunci keberhasilan Indonesia bukan semata taktik, tetapi manajemen energi dan psikologi pemain. Dalam kondisi skuad yang pincang, mengelola stres dan menjaga semangat juang menjadi vital. Pelatih dan ofisial harus memastikan bahwa para pemain tidak tertekan oleh target tinggi, melainkan fokus menikmati permainan dan menampilkan potensi terbaik mereka.
Secara statistik, Indonesia masih punya peluang kuat untuk minimal finis di peringkat ketiga. Jika menang atas China dan bermain imbang atau kalah tipis dari Jepang, posisi ketiga masih sangat mungkin didapat. Itu berarti melaju ke Ronde 4, yang memberikan satu lagi kesempatan menuju playoff lintas benua. Dalam konteks ini, menjaga konsistensi menjadi lebih penting dibanding hasil instan.