Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Belajar dari Persib Juara, Efektivitas Sebagai Kunci di Era Football Modern

7 Mei 2025   05:47 Diperbarui: 7 Mei 2025   05:47 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Euforia perayaan keberhasilan Persib sebagai juara oleh para suporter (Sumber: jabarprov.go.id)

Di tengah riuh persaingan Liga 1 Indonesia musim 2024/2025, Persib Bandung kembali membuktikan keperkasaannya sebagai salah satu kekuatan historis sepak bola nasional. Gelar juara keempat yang diraih pada pekan ke-31 dari total 34 pekan, merupakan sinyal bahwa klub ini tidak hanya hebat secara emosional dan tradisional, tetapi juga telah memasuki era manajemen performa yang efisien dan profesional.

Jika ditelaah dari teori manajemen bisnis olahraga modern, kunci keberhasilan sebuah klub bukan sekadar banyaknya gol yang dicetak atau dominasi statistik. Melainkan terletak pada bagaimana klub mampu mengelola sumber daya manusia, taktik, dan strategi bisnis secara harmonis. Persib menjadi contoh bagaimana efisiensi lebih penting daripada euforia semu dari kemenangan besar.

Dalam 31 pertandingan, Persib mencetak hanya 54 gol, angka yang tergolong konservatif dibandingkan klub-klub dengan gaya menyerang total. Namun efektivitas Persib tidak terbantahkan. Mereka unggul dalam jumlah poin, dan yang lebih penting, memiliki tingkat kebobolan terendah di antara 17 kontestan lainnya. Ini menunjukkan filosofi "menang cukup" yang lebih sustainable dalam konteks manajemen jangka panjang.

Juara sejati bukan tentang berapa banyak gol yang dicetak, tapi seberapa efektif setiap langkah dimainkan. Persib mengajarkan bahwa efisiensi, disiplin, dan kepercayaan diri adalah kunci kejayaan di era sepak bola modern.

Pelatih Bojan Hodak layak diapresiasi sebagai manajer lapangan yang membawa dimensi pragmatisme dalam sepak bola modern Indonesia. Ia mengadopsi pendekatan yang tidak larut dalam obsesinya akan penguasaan bola atau statistik menyerang, melainkan fokus pada hasil akhir, tiga poin dalam setiap pertandingan. Ini adalah bentuk nyata dari result-oriented management yang biasa diterapkan dalam klub-klub Eropa.

Strategi Hodak juga mencerminkan teori efektivitas juara olahraga yang mengedepankan functional performance, yaitu bagaimana hasil maksimal dapat dicapai dengan penggunaan energi seminimal mungkin. Dalam konteks ini, Persib tampil seperti mesin pemenangan yang tidak boros bensin, tapi efisien dan tahan lama hingga garis akhir. Kunci utama efektivitas Persib adalah struktur organisasi tim yang fleksibel namun terkontrol. Tidak ada ketergantungan mutlak pada satu sistem permainan, tetapi adaptasi terhadap kondisi pertandingan dan karakter lawan. Fleksibilitas ini menjadi ciri khas manajemen tim elite yang telah matang secara taktik dan strategi.

Salah satu aset vital dalam keberhasilan ini adalah sosok Tyronne del Pino. Dengan kontribusi 21 gol dari berbagai posisi, dari gelandang tengah, serang, sayap, hingga false nine, Tyronne bukan hanya top scorer, tetapi juga simbol dari versatility dan value creation dalam strategi bisnis sepak bola modern. Dia menjelma menjadi franchise player ala Persib.

Dalam ekosistem sepak bola profesional, pemain seperti Tyronne mencerminkan intangibles assets yang tidak mudah diukur dalam angka-angka statistik kasar. Namun kehadirannya memberikan keunggulan kompetitif bagi Persib dalam bentuk ruang gerak taktis, improvisasi serangan, hingga kepemimpinan informal di lapangan.

Persib telah menunjukkan bahwa memenangkan liga tidak selalu harus dengan jumlah gol fantastis. Mereka membalik paradigma bahwa klub yang "hura-hura menyerang" adalah klub yang akan menang. Justru stabilitas lini belakang dan konsistensi strategi lebih penting dari segala retorika sepak bola menyerang. Keberhasilan ini sekaligus menyamai catatan milik Persipura Jayapura yang juga mengoleksi empat gelar di era Liga Indonesia. Namun yang membuat prestasi Persib semakin menonjol adalah dua gelar diraih secara beruntun, sesuatu yang belum pernah mereka capai sebelumnya. Ini menandakan konsistensi dan keberhasilan dalam menjaga kultur juara di ruang ganti.

Dalam teori sports dynasty management, keberlanjutan kemenangan menjadi indikator bahwa klub sudah masuk dalam fase institutional winning. Artinya, kemenangan bukan lagi bersifat kebetulan atau temporer, melainkan buah dari sistem yang solid dan budaya performa tinggi yang tertanam di seluruh lini.

Ke depan, Persib memiliki modal kuat untuk tidak hanya menjadi raja lokal, tetapi juga membangun basis regional dan internasional. Kemenangan ini dapat dijadikan fondasi untuk pengembangan brand equity, ekspansi pasar penggemar, hingga daya tarik sponsor yang lebih luas. Pencapaian ini juga menjadi refleksi bahwa sepak bola Indonesia sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan industri global. Klub tidak lagi hidup dari semangat lokal semata, tapi juga dari akuntabilitas performa, manajemen data, dan analisis pertandingan yang berbasis sains.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun