Mohon tunggu...
Muh Khamdan
Muh Khamdan Mohon Tunggu... Researcher / Analis Kebijakan Publik

Berbagi wawasan di ruang akademik dan publik demi dunia yang lebih damai dan santai. #PeaceStudies #ConflictResolution

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Retret atau Retreat: Telaah Sosiologi dan Bahasa dalam Politik Indonesia

23 Februari 2025   16:52 Diperbarui: 24 Februari 2025   12:42 874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rombongan kepala daerah tiba di Akademi Militer Magelang untuk mengikuti retret pada 21 Februari 2025 (Sumber: tempo.co)

Dalam konteks politik pemerintahan, pemilihan istilah memiliki dampak terhadap persepsi publik. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, istilah yang kurang tepat dapat menciptakan kesan yang keliru, baik di kalangan kepala daerah maupun masyarakat luas. Hal ini menjadi tantangan bagi Kantor Komunikasi Kepresidenan untuk memastikan bahwa penggunaan istilah dalam kebijakan pemerintah tidak hanya sekadar adaptasi dari bahasa asing, tetapi juga memiliki kejelasan dan relevansi dalam konteks budaya dan politik Indonesia.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa berkembang sesuai dengan kebutuhan sosial dan politik. Adopsi istilah dari bahasa asing bukanlah hal baru, tetapi harus dilakukan dengan mempertimbangkan kesesuaian makna dalam konteks penggunaannya. Jika istilah retret tetap dipertahankan, maka diperlukan sosialisasi yang lebih intensif agar maknanya dipahami secara seragam oleh para kepala daerah dan masyarakat. Tanpa sosialisasi yang memadai, istilah ini berisiko disalahartikan sebagai kegiatan yang lebih bersifat reflektif atau spiritual dibandingkan penguatan kepemimpinan.

Dengan demikian, polemik antara retret dan retreat dalam konteks kepemimpinan daerah tidak hanya menjadi persoalan linguistik, tetapi juga memiliki dimensi politik dan administratif. Pemerintah perlu lebih berhati-hati dalam memilih istilah agar pesan yang ingin disampaikan selaras dengan tujuan kebijakan yang diusung. Sebuah istilah bukan sekadar kata, tetapi juga mencerminkan nilai, tujuan, dan strategi komunikasi politik yang digunakan oleh pemerintah.

Akhirnya, dalam ranah sosiologi politik, pemilihan istilah dalam kebijakan publik bukan hanya soal estetika bahasa, tetapi juga bagian dari strategi legitimasi dan komunikasi politik. Pemerintah sebaiknya menggunakan istilah yang lebih kontekstual dan dapat diterima oleh seluruh pemangku kepentingan. Jika tetap ingin mempertahankan istilah retret, maka perlu dilakukan redefinisi dan sosialisasi maknanya agar tidak menimbulkan kebingungan serta tetap selaras dengan konteks kepemimpinan dan tata kelola pemerintahan di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun