Â
Â
Anakku...Potensimu untuk ditampilkan, Jangan disembunyikan
Sepenggal kisah yang mengawali artikel ini saat seorang siswa diam terpaku sendiri duduk di sudut kelas. Hal ini terjadi bukan karena ia tidak bisa berbicara tapi karena ia merasa lingkungannya tidak pernah siap mendengarkannya. Tekanan akademis dan lingkungan sosial yang seringkali membuyarkan kepercayaan dirinya sehingga tidak sedikit kondisi anak saat ini terkesan kehilangan hal yang sangat mendasar yaitu kepercayaan diri. Ia beranggapan dirinya tidak memiliki kemampuan apapun padahal setiap anak yang dilahirkan membawa  potensi maka seharusnya ditampilkan, bukan disembunyikan.
Seorang tokoh pendidikan Paulo Freire mengatakan : "Anak-anak bukanlah kertas kosong." Â didalam jiwa-jiwa kecil mereka menyimpan beragam kemungkinan yang sangat berharga. Sayangnya, banyak sistem pendidikan dibanyak belahan dunia yang terpaku pada standar kaku dan menyamaratakan semua bakat dan kemampuan anak sama.
Sering kita melihat ruang kelas yang riuh dalam kegiatan belajar menganggapnya sebagai kegiatan yang tidak bermakna, pembuyar konsentrasi, pengganggu, aktif bergerak dilabeli nakal, dan yang hanya duduk diam dibiarkan sendirian. Ini bukan semata kesalahan para pendidik, apalagi orang tua. Ini merupakan cerminan dari sistem pendidikan dan lingkungan sosial yang serta merta menilai kemampuan anak berdasarkan hasil ujiannya, bukan dari cahaya mata mereka yang mampu menembus batasannya saat menyampaikan hal-hal yang mereka minati.
Sebagai pendidik tentu kita tidak asing dengan makan filosofis Kihajar Dewantara bahwa: "Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. " Maka telah menjadi kewajiban bersama baik pendidik, orang tua, maupun masyarakat untuk mewujudkan lingkungan subur bagi kelopak bunga untuk tumbuh dan mekar dengan perpaduan warna karakter mereka masing-masing dan bukan mengkondisikan mereka menjadi seragam.
Adalah filsafat pendidikan progresif yang menawarkan jalan alternatif yang menarik yaitu pendidikan berbasis kekuatan. Pendekatan ini menitikberatkan pada keterlibatan siswa dalam kegiatan belajarnya diharapakan akan mengalami kemajuan dan perkembangan pada dirinya serta menumbuhkan potensi yang ia miliki.Â
Finlandia sebagai salah satu negara dengan sistem pendidikan terbaik menurut World Economic Forum (2023) meyakini bahwa sepantasnya setiap anak mesti diperlakukan sama, setara dan disesuaikan dengan keragamannya. hal ini bertujuan agar siswa dapat terus bertumbuh menjadi individu bertanggung jawab secara sosial dan memiliki kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan nyata.
Bagi kita pendidik, gunakan ketulusan kita sebagai pemantik potensi dari anak anak kita, menjadi cermin yang memantulkan cahaya motivasi dan inspirasi bagi anak didik kita, agar bayangan hitam ketakutan diri menemukan celah cahaya kepercayaan diri. Masa depan bangsa tidak ditentukan oleh seberapa banyak anak bisa menghafal, melainkan sebesar apa mereka yakini percaya dirinya begitu berharga. Demikian pun, kepercayaan diri juga tidak hanya berkutat pada kemampuan dan keberanian berbicara di depan umum. Kepercayaan diri sebenarnya menjangkau lebih jauh dari itu semua yaitu suatu keyakinan teguh dari proses belajar, berani mencoba, gagal, terjatuh , gagal lagi lalu mampu bangkit berdiri.
Anakku, sebenarnya dunia ini sedang menunggu kamu untuk terus bertumbuh dan membawa arah kebaikan serta makna bagi setiap insan. Dunia menanti tetesan bakatmu sebagai cahaya penerang.Abaikan distraksi suara pesimis yang membungkam langkahmu. Dunia berharap kehadiranmu tepat disaat kemampuanmu mekar dengan optimal.
Bagi para orang tua, guru, dan pemimpin pendidikan: refleksikan sejenak, sudah saatnya kita jembatani potensi anak-anak kita agar mereka semakin bertumbuh percaya diri dan meruntuhkan tembok yang selama ini mengepung sinar kehebatan mereka terpancar?
"Pendidikan itu bukanlah hanya menyalakan lampu melainkan pendidikan itu membuka jendela."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI