Alexander Agung, yang memerintah Makedonia pada usia 20 tahun, berhasil mencapai kejayaan menaklukkan sebagian besar dunia yang dikenal saat itu. Ia tidak hanya menjadi raja pasif, melainkan memimpin penaklukan sebagai jenderal di garis depan. Ambisinya membuat Makedonia menjadi kekuatan besar yang mencakup wilayah dari Yunani, Makedonia Utara, Thace, Anatolia, Persia, Mesir, hingga Asia Tengah.
Keberhasilan Alexander tidak terbatas pada wilayahnya yang luas. Ia menghancurkan kekaisaran Persia, menaklukkan Mesir, dan sampai ke India. Gelar "Alexander Agung" bukanlah sembarang gelar; ia diakui sebagai "Raja dari segala Raja" atau "King of Kings." Alexander tak pernah mengalami kekalahan dalam pertempuran, mencapai prestasi yang diakui bahkan oleh pemimpin besar seperti Julius Caesar dan Napoleon Bonaparte.
Alexander, yang dilahirkan di Pella, ibukota Makedonia, tahun 356 SM, adalah anak dari Raja Philip II dan Olympias. Ayahnya, Philip II, bukan hanya pemimpin militer dan politik, tetapi juga berhasil mengubah Makedonia menjadi kekuatan militer dengan budaya dan kultur yang kuat.
Pendidikan Alexander menjadi lebih istimewa karena ia diajari langsung oleh filsuf terkemuka, Aristoteles, dari usia 13 hingga 16 tahun. Kombinasi kepemimpinan bijaksana dan kalkulatif, bersama dengan bakat intelektualnya, membentuk Alexander menjadi pahlawan yang hebat di satu sisi dan diktator yang dianggap kejam di sisi lain.
Keberhasilan Alexander Agung tidak hanya mencakup pencapaiannya dalam peperangan, tetapi juga menyoroti kompleksitas karakternya. Alexander bukan hanya seorang raja yang menaklukkan, tetapi juga manusia yang memiliki sisi baik dan buruk. Melalui analisis mendalam, kita dapat mengungkap rahasia dari salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah.
