Mohon tunggu...
Muhammad Irsyad Abrianto
Muhammad Irsyad Abrianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bahaya Intoleransi Dalam Beragama di Masyarakat

17 Juni 2022   17:10 Diperbarui: 17 Juni 2022   17:16 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada titik ini cenderung sekali melahirkan perilaku intoleran, seperti diskriminasi atau pada titik perilaku tindak pidana. Intoleransi juga menjauhkan dari kesetaraan. Padahal kita semua pada dasarnya adalah setara. Karena manusia adalah sama-sama makhluk ciptaan Tuhan. Sedangkan Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, tentunya kita harus saling mengenal dan menghargai satu sama lain. Karena Tuhan menciptakan manusia dengan tiap perbedaan, setiap manusia dianjurkan untuk saling mengenal dan menghargai satu dengan lainnya. Untuk bisa saling mengenal, tentu diperlukan kesetaraan dalam segala hal dan juga diperlukan rasa untuk saling menghargai dan menghormati, agar kita bisa saling memahami. Hal ini sangatlah penting karena antar sesama pasti ada latar belakang yang berbeda dibelakangnya. Entah itu adalah suku, agama, bahasa dan budaya.

Sangat di sayangkan, kelompok radikal masih gencar-gencarnya dalam menebarkan provokasi dan ujaran kebencian, yang dimaksud radikal adalah sebuah paham yang menginginkan sebuah perubahan secara perubahan, secara drastis, secara total sampai ke akarakarnya yang dapat memicu terjadinya intoleransi. Setiap manusia pastinya memiliki bibit intoleransi yang ada dalam dirinya dan oleh karena itu bibit tersebut harus dibuang, tidak boleh dipelihara. Sebaliknya, bibit toleransi yang harus terus dipelihara, diperkuat dan disebarluaskan. Dengan adanya toleransi, keberagaman yang ada di negeri ini bisa hidup saling berdampingan tanpa mempersoalkan mayoritas ataupun minoritas, tidak peduli perbedaan suku, agama, dan ras. Semuanya dapat hidup berdampingan tentram. Apabila masyarakat Indonesia terus memelihara bibit intoleransi, dapat menghancurkan negara Indonesia secara tidak langsung maupun secara langsung. 

Di Indonesia sudah banyak terdapat beberapa masalah dari adanya intoleransi, beberapa tahun yang lalu ada kejadian aksi pembakaran tempat ibadah di Tanjung Balai Sumatera Utara, hanya karena dipicu oleh provokasi di media sosial. Ketika pilkada DKI Jakarta beberapa tahun lalu, juga pernah terjadi perilaku intoleransi hanya karena dianggap pendukung kafir. Dan juga terdapat sebuah video yang menampilkan seorang biksu dan umatnya dilarang beribadah di Desa Babat, Kecamatan Legok, Tangerang, viral di media sosial. Kejadian ini berawal dari adanya penolakan warga atas rencana kegiatan kebaktian umat Budha dengan melakukan tebar ikan di lokasi danau bekas galian pasir di Kampung Kebon Baru, Desa Babat aeperti juga contoh kejahatan kemanusiaan, contoh kejahatan korporasi, maupun contoh kejahatan kerah putih. Masyarkaat juga sempat meminta Mulyanto Nurhalim selaku biksu di kampung tersebut untuk pindah dari sana. Pasalnya, warga resah karena melihat biksu tersebut melakukan ibadah dengan mengundang jemaat dari luar, hingga menganggap biksu tersebut akan mengajak orang lain untuk masuk agama Budha. Akan tetapi, warga telah salah paham padanya, dikarenakan yang datang ke situ hanya sekadar memberi makan biksunya saja. Meski demikian, kejadian tersebut telah diselesaikan secara kekeluargaan se usai polisi dan seluruh elemen masyarakat setempat melakukan musyarawarah. Dan praktek intoleransi itu disebarluaskan ke media sosial, yang menyebabkan memicu terjadinya amarah bagi masyarakat yang tidak mempunyai literasi yang bagus. 

Negara Indonesia ini adalah negara yang bersifat pluralisme, yang mana artinya negara Indonesia memiliki keanekaragaman budaya, suku, bahasa, adat istiadat hingga agama. Dimana negara Indonesia yang sangat menghargai keberagamannya. Indonesia pun negara yang sangat terbuka terhadap perbedaan. Karena itulah jangan dirusak dengan adanya radikalisme dan intoleransi, dengan hanya merasa bagian dari mayoritas. Meskipun mayoritas masyarakat Indonesia beragama Islam, bukan berarti semua hal harus didasarkan pada ajaran Islam. Di Indonesia pun terdapat masyarakat yang menganut agama lain, seperti Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu. Mereka juga harus mempunyai tempat yang sama dan juga mereka harus punya hak dan kewajiban yang sama.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun