Kenapa Susah Berubah?
Saya rasa ada beberapa hal. Pertama, birokrasi. Revisi kurikulum di sini bisa makan waktu bertahun-tahun. Padahal industri berubah tiap bulan.
Kedua, budaya gelar. Orang tua saya sendiri masih sering bilang, "Yang penting S1 dulu, nanti gampang cari kerja." Padahal kenyataannya? Nggak semudah itu.
Ketiga, obsesi kerja aman. Hampir semua tetangga saya kalau ditanya cita-cita anaknya jawab: PNS atau BUMN. Itu dianggap puncak.
Kalau Mau Berubah
Menurut saya, ada hal-hal yang sebenarnya bisa dilakukan.
- Kampus jangan cuma jadi pabrik ijazah, tapi tempat eksperimen. Kalau mahasiswa bikin usaha dan gagal, harusnya itu dianggap prestasi juga.
- Seleksi kerja harus pakai tes skill nyata, bukan cuma hafalan.
- Sistem belajar sambil kerja wajib diterapkan. Mahasiswa harus ngalamin langsung kerasnya industri.
- Pemerintah bisa bikin platform resmi buat freelance atau proyek digital, jadi anak muda bisa nyari pengalaman tanpa nunggu lowongan formal.
- Yang terakhir, kita harus belajar gagal. Dunia kerja jauh lebih keras daripada dunia kampus. Kalau di kampus aja nggak pernah salah, di dunia nyata bisa langsung mental.
Catatan Penulis
Saya menulis ini bukan karena benci kuliah, tapi karena saya lihat sendiri teman-teman yang frustasi setelah wisuda.
Wisuda memang momen penting, tapi jujur aja: toga itu bukan mahkota, ijazah juga bukan garansi.
Indonesia punya anak muda kreatif. Pertanyaannya tinggal: mau kita biarin mereka jadi penonton, atau kita kasih mereka ruang untuk nyetir masa depan sendiri?
Saya penasaran, menurut Anda pribadi: lebih penting mana buat anak muda sekarang, gelar atau skill?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI