Mohon tunggu...
muhammad ikmal
muhammad ikmal Mohon Tunggu... Sosial budaya, Keuangan dan Perpajakan

Hobi: Menulis, Olahraga dan Membaca. Topik yang disukai: Sosial, Ekonomi, Keuangan, perpajakan dan Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

AI dan PHK Massal: Belajar dari Walmart & Starbucks

28 September 2025   07:28 Diperbarui: 28 September 2025   07:28 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Image Generator

"Semua orang di kantor hari itu seperti menahan napas. Ada yang menunduk, ada yang langsung menelepon keluarga. Saya cuma bisa bengong, kerja 12 tahun di sini, lalu satu email mengubah semuanya." Itu kesaksian salah satu karyawan Walmart di divisi teknologi yang terkena PHK.


Cerita serupa datang dari pekerja Starbucks di Seattle: "Kami diminta mengosongkan meja dalam dua hari. Katanya demi efisiensi. Rasanya aneh, perusahaan sebesar ini, yang selalu bicara soal komunitas, bisa dengan cepat melepaskan orang-orangnya."


Dua raksasa global Walmart dan Starbucks baru saja mengumumkan pengurangan ribuan pegawai. Bukan karena pandemi, bukan pula krisis finansial. Kali ini penyebabnya adalah tekanan bisnis dan gelombang kecerdasan buatan (AI) yang semakin deras.


Walmart: "Setiap pekerjaan akan berubah"


Doug McMillon, CEO Walmart, blak-blakan: "AI akan mengubah secara harfiah setiap pekerjaan." Pernyataan itu bukan ancaman kosong. Perusahaan retail dengan lebih dari 2,1 juta karyawan ini sudah mengganti sebagian besar layanan dengan AI, mulai dari chatbot, manajemen gudang otomatis, hingga sistem prediksi rantai pasok.


Akibatnya? Ratusan hingga ribuan posisi korporat dipangkas. Namun, Walmart tidak ingin disebut sekadar memecat. Mereka berusaha menjaga jumlah total pegawai, tapi dengan komposisi pekerjaan yang berbeda. Kini muncul peran baru seperti agent builder, pembuat sistem AI internal.


Seorang analis tenaga kerja dari MIT, Prof. Laura Chen, berkomentar: "Yang dilakukan Walmart sebenarnya sinyal penting. Mereka tidak mau jadi korban AI, tapi justru ingin memimpin. Tantangannya adalah apakah para pekerja bisa mengejar keterampilan baru secepat teknologi berkembang."


Starbucks: Menutup toko, memotong pegawai


Starbucks menghadapi cerita lain. Penjualan turun enam kuartal berturut-turut. Untuk bertahan, mereka menutup ratusan toko di Amerika Utara dan memangkas hampir 900 posisi non-ritel.


Bagi manajemen, langkah ini penting agar bisnis tetap sehat. Tapi bagi pekerja, rasanya pahit. Seorang barista yang terdampak berkata, "Kami selalu diminta tersenyum melayani pelanggan. Tapi siapa yang peduli dengan senyum kami saat pekerjaan ini hilang?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun