Mohon tunggu...
Muhammadibrahim Halim
Muhammadibrahim Halim Mohon Tunggu... lainnya -

.: diet ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

.: Esai Ramadhan (12)

10 Juli 2014   06:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:48 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HARI ini nuraniku sebagai manusia, apalagi sebagai seorang Muslim, tercabik-cabik. Rasanya seperti disayat sembilu.
Nun jauh di sana, di Gaza Palestina, saudaraku sesama Muslim dibantai zionis Israel Laknatulloh. Di negeriku tercinta, saudaraku sesama Muslim saling memaki. Saling memfitnah. Saling menista. Demi hasrat yang bernama kekuasaan. Seolah "dewa-dewa" yang mereka agungkan beberapa hari belakangan ini berada di atas segalanya dibanding dengan ukhuwah sesama Muslim.
Jalanan di Makassar masih lengang saat pagi pukul 09.00 wita saya berangkat untuk tugas. Suasana ini menggiring pikiranku merenung. Apa dosa mereka di Gaza? Mengapa zionis bejat itu terus berupaya melancarkan serangan yang mengarah pada genocide ini?
Pikiranku seperti terusik. Andai saja energi jutaan Muslim yang saling menghujat gara-gara beda pilihan pada Pilpres ini dialihkan menjadi hujatan berjamaah terhadap zionis dan meneriakkan Save Gaza, maka dunia pasti bergetar.
Kalau untuk Pilpres berhasil mengumpulkan dana untuk "dewa" baru Anda, maka rasanya untuk Gaza, Anda bisa melakukan lebih dari itu. Jika pada debat kandidat Jokowi dengan lantang berteriak mendukung Palestina, maka hari ini rasanya tak perlu menunggu menjadi presiden untuk membuktikannya. Gaza adalah Kita.
Jika Prabowo Anda yakini bisa menjadi macan Asia bahkan dunia, rasanya tak perlu pula menunggu menjadi presiden untuk menggertak zionis Israel laknatullah.
Perih rasanya menerima kabar dari jurnalis Indonesia yang tugas di sana bahwa berita mereka tentang Gaza seolah tersingkirkan gara-gara semua stasiun TV di Tanah Air sibuk membela "dewa" masing-masing.
Saya juga menerima sebuah pesan BC berantai jika para jurnalis di sana hanya bisa menggunakan media sosial untuk mengirim pesan kemanusiaan ke Tanah Air. Mereka saat ini butuh darah, obat bius, serta obat-obatan lainnya. Mereka kembali krisis pangan akibat perang yang mencekam dari detik ke detik. Nyawa mereka, tak peduli perempuan atau anak-anak, dengan mudahnya melayang seketika akibat roket-roket Israel jahanam.
Maaf, ini tragedi kemanusiaan. Lalu di mana kita? Di mana saya? Kita, saya, tak punya banyak daya dan dana untuk Gaza. THR, rapelan gaji, gaji 13, honor perjalanan dinas, serta lainnya semoga dibayarkan cepat, sebab, rasanya doa tidaklah cukup. We will not go down in the night without a fight. We will not go down for Gaza tonight.

~makassar, rabu 9 juli 2014

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun