Mohon tunggu...
muhammadhusen
muhammadhusen Mohon Tunggu... Muhammad Husen, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Tanjungpura, Pontianak

Muhammad Husen, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Tanjungpura, Pontianak Menulis bagian dari kehidupan saya. Memiliki minat dalam isu - isu Hubungan Internasional terutama dengan kaitanya, Geopolitik, Politik Luar Negeri, dan Keamanan Internasional. Email: huseinm022@gmail.com Instagram: oohseenn

Selanjutnya

Tutup

Politik

Liga 1 Korupsi Indonesia, Dari Kelas Tarkam Sampai Level Sultan

3 April 2025   07:24 Diperbarui: 3 April 2025   07:24 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar menunjukan klasemen korupsi yang terjadi di Indonesia (Sumber: Telefashion)

Korupsi dan Sepak Bola: Dua Dunia, Satu Persamaan

Di Indonesia, sepak bola dan korupsi memiliki satu kemiripan yang mencolok yaitu sama-sama memiliki "liga" sendiri. Bedanya, yang satu dipertontonkan di stadion dengan riuh suporter, sementara yang lain berlangsung di ruang sidang dengan hakim sebagai "penonton".

Jika banjir masih memiliki pola musiman, korupsi tampaknya tak mengenal batasan waktu. Ia bisa muncul kapan saja, tak peduli cuaca atau kondisi ekonomi. Banjir mungkin akan surut dalam beberapa hari, tetapi korupsi seakan tak pernah mengenal kata reda. Mungkin ini bukan sekadar masalah sistem yang lemah, melainkan telah menjadi bagian dari budaya yang sulit diberantas.

Yang lebih ironis, korupsi ini tidak mengenal batasan dalam memilih "korban". Mulai dari rakyat kecil hingga pejabat tinggi, semua bisa terdampak. Bentuknya pun beragam, dari manipulasi harga minyak, eksploitasi sumber daya alam, mark-up proyek infrastruktur, hingga penggelapan dana bantuan bencana. Seakan-akan, setiap celah selalu menjadi peluang bagi mereka yang berniat curang. Bahkan, jika ada yang berkata bahwa oksigen adalah satu-satunya hal gratis di negeri ini, mungkin hanya tinggal menunggu waktu sebelum ada yang mencoba mengomersialkannya dengan alasan regulasi.

Baru-baru ini, publik dikejutkan dengan skandal pengoplosan Pertalite menjadi Pertamax. Sebuah inovasi yang, meski menunjukkan kreativitas tinggi, sayangnya diterapkan dalam tindakan ilegal yang merugikan masyarakat luas.

Korupsi di negeri ini tak ubahnya sinetron dengan jadwal tayang tanpa henti. Pemeran boleh berganti, tetapi alur ceritanya tetap sama. Bedanya, sinetron memiliki episode terakhir, sedangkan korupsi tampaknya selalu memiliki musim baru. Maka, pertanyaan yang muncul adalah: kapan cerita ini akan benar-benar berakhir dengan sebuah akhir yang bahagia?

Perpindahan Dana Tanpa Batas, Dari Uang Rakyat ke Kantong Pribadi

Jika dalam sepak bola terdapat bursa transfer pemain, maka di dunia korupsi terdapat bursa transfer dana rakyat. Namun, berbeda dengan sepak bola yang transparan, di sini perpindahan dana terjadi secara diam-diam, seakan seorang pesulap yang membuat uang menghilang tanpa jejak.

Sebagai contoh, PT Antam disebut mengelola dana sebesar 5,9 kuadriliun rupiah jumlah yang jika dibagi rata ke seluruh rakyat Indonesia, mungkin bisa membuat setiap orang hidup nyaman tanpa perlu bekerja keras lagi. Sayangnya, dana ini malah menguap ke tempat-tempat yang hanya diketahui oleh Tuhan dan auditor tertentu. Pertamina dan PT Timah pun tak ingin ketinggalan, ikut memainkan "kompetisi" dengan nilai transaksi yang bahkan membuat angka APBN terlihat seperti uang saku anak sekolah.

Dari Tarkam ke Sultan, Semua Bisa Jadi Pemain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun