Dan dari kesadaran itu, lahirlah syukur. Syukur yang tidak hanya berhenti pada lisan, tetapi mewujud nyata dalam tanggung jawab. Tanggung jawab untuk tidak merusak, tidak menyalahgunakan karunia, dan tidak berlaku sombong atas apa yang bukan milik kita. Maka sebagaimana disampaikan dalam tafsir Tahlili Kemenag, ketika kita memanfaatkan kendaraan, hendaknya kita juga ingat bahwa semua ini adalah amanah. Kita bukan pemilik hakikatnya, hanya pemegang titipan.
Pada akhirnya, ayat ini mengajarkan kita tentang etika perjalanan, tentang kesadaran spiritual dalam mobilitas, dan tentang hubungan makhluk dengan Pencipta yang sering kali terlupakan dalam kebisingan dunia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI