Mohon tunggu...
muhammad farhan
muhammad farhan Mohon Tunggu... Lainnya - Seorang Pelajar

Muhammad Farhan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tujuan Pendidikan

28 November 2021   13:01 Diperbarui: 28 November 2021   13:18 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Dapat diduga bahwa teman ayah saya itu berlatar belakang masyarakat desa. Saya pun demikian. Masyarakat desa yang dimaksud adalah masyarakat yang kurang motivasi belajar. Mereka hanya berpikir cara agar mendapat uang untuk makan. Demikianlah kebutuhan mereka. Bagaimana mau berpikir, perut saja masih keroncongan?

            Kosongnya perut menyebabkan mereka tidak termotivasi untuk memperoleh pendidikan yang tinggi. Menjadi lulusan SMA sudah dianggap sangat cukup. Asal mampu membaca, menulis, dan menghitung pun sudah dianggap pintar. Kemampuan itu sudah sangat memadai. Bagi mereka, informasi mengenai rumus-rumus kimia, fisika, dan matematika tidak diperlukan untuk mencari makan. Teori-teori sejarah, sosial, kejiwaan, ataupun filsafat juga demikian. Itulah sebabnya mereka tidak memandang pendidikan tinggi sebagai hal yang penting. Kalaupun ada orang yang menempuh pendidikan tinggi, kesuksesannya diukur dari seberapa banyak uang yang dia peroleh kelak ketika bekerja. Lulusan universitas akan mereka kecam ketika tidak mudah mendapat pekerjaan. "Empat tahun yang sia-sia!" katanya.

            Alasan masyarakat desa itu cukup logis untuk konteks mereka yang hidup di desa. Dunia mereka hanya mencakup sawah, kebun, traktor, cangkul, karung, dan alat-alat pertanian lainnya.

            Argumen yang bertentangan dengan argumen masyarakat desa tidak kalah menarik untuk disimak. Sebut saja argumen masyarakat kota. Masyarakat kota merupakan masyarakat yang memiliki motivasi belajar yang tinggi. Kebanggaan mereka adalah ketika berhasil wisuda S3 dengan nilai yang sempurna. Anak-anak yang tidak kuliah akan dianggap sebagai generasi bodoh. Seseorang pasti akan mendapat pekerjaan sesuai dengan predikat kelulusannya. Semakin tinggi pendidikan, semakin besar gaji yang akan didapat. Orang yang berpendidikan (tinggi) adalah orang yang terhormat.

            Wajar apabila masyarakat kota berpendapat semacam itu karena mereka hidup di lingkungan yang penuh dengan alat-alat canggih. Potret kota setiap tahunnya akan  berubah. Perubahan itu, secara tidak langsung, menuntut masyarakat kota untuk sesegera mungkin menguasai teknologi. Jika tidak menguasai teknologi sesegera mungkin, mereka akan menjadi budak negara yang lebih maju. Kita tidak akan mampu memproduksi alat, padahal semua bahannya kita miliki. "Mau sampai kapan kita tidak bisa mengolah SDA kita sendiri? Mau sampai kapan kita diperbudak negara lain? Mau sampai kapan kita jadi miskin di negara yang kaya?" kurang lebih, seperti itulah pikiran mereka. Oleh sebab itu, masyarakat kota sangat giat belajar, terlebih bidang teknologi.

            Dapat disimpulkan bahwa ada dua pendapat mengenai tujuan belajar, yaitu pendapat masyarakat desa dan pendapat masyarakat kota. Menurut, masyarakat desa, tujuan belajar adalah agar mudah mencari nafkah. Menurut masyarakat kota, tujuan belajar adalah agar kita menjadi bangsa yang maju. Hal ini cukup unik bagi saya karena saya terjepit di antara keduanya. Di satu sisi saya merasa haus ilmu. Di sisi lain saya juga harus memikirkan kelak akan bekerja apa. Berbagai gesekan telah saya alami. Jadi, akankah lebih baik jika saya menjadi anak yang berbakti dengan mementingkan pekerjaan atau jika menjadi pemuda yang mengabdi kepada bangsa dengan ilmu-ilmu yang diperoleh melalui pendidikan tinggi? Entahlah. Akan tetapi, hal yang pasti ialah orang tua saya tidak membutuhkan anak yang kelak mudah mendapat pekerjaan. Bagi mereka, sukses menguliahkan anak adalah hal yang membanggakan. Mereka bangga jika anaknya menjadi diri mereka sendiri. Betapa bangganya saya memiliki orang tua sebijak itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun