Mohon tunggu...
Muhammad Faishal
Muhammad Faishal Mohon Tunggu... Desainer - Menulis menulis dan menulis

Menulis adalah cara saya untuk bicara, berkata, menyapa, dan cara saya untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Covid-19, Pembelajaran Bagi Semesta dan Umat Manusia

2 Mei 2020   00:34 Diperbarui: 2 Mei 2020   01:39 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Hari ini dunia seketika di paksa jeda dari gemerlapnya
Hari ini waktu seketika di paksa berhenti dari lini masanya
Dan hari ini manusia seketika dipaksa diam dirumah dari banyaknya kesibukannya
Iya hari ini, ada yang datang dan seketika merubah peradaban dunia

Banyak korban dan perubahan total karena nya
Iyaa diaa, wabah yang mengguncang dunia
Wabah yang membuat dunia berhenti seketika
Dan membuat manusia menjaga jarak dengan sesama
Ada ratusan bahkan ribuan orang meninggal setiap harinya
Ada ratusan bahkan ratusan ribu orang di guncang ketakutan dan kepanikan
Dan ada banyak pemerintahan di setiap negara kewalahan menghadapinya.
Kejadian ini berdampak bagi semua sektor terlebih bagi kemanusian
Kejadian luar biasa ini sangat mengguncang jiwa kita dengan beragam latar belakang

Lagi-lagi Timeline penuh dengan pemberitaan peningkatan korban setiap harinya
Lagi-lagi Timeline penuh dengan pemberitaan terkait masyarakat yang hidupnya sangat terdampak dengan ini semua,
Mereka yang makan setiap harinya bergantung akan apa yang mereka upayakan di hari itu
Mereka yang selalu punya harapan baru untuk setiap hari baru bagi hidup mereka,
Mereka para pekerja keras yang survive dari hari-hari yng mereka lewati.

Namun, ketika dunia berhenti seketika semua harapan mereka mati.
Pertanyaan nya sederhana, Apa yang akan kita makan esok hari ?
Pilihannya hanya dua, mati karena corona atau mati karena perut tak terisi nasi?
Itu kata-kata yang terlontar dari pedagang-pedagang kecil, supir angkot dan driver ojol
Seketika saya terhenti sejenak dan belajar banyak tentang arti hidup.

Ada hidup yang harus di perjuangkan dan mimpi yang di menangkan.
Banyak harapan yang harus di sebar dan peradaban yang di lahirkan

Kejadian ini membuat kita banyak belajar dan merenung,
Tentang kehidupan dan pembelajaran dari beragam lingkup sektoral
Ada segelintir kepala negara yang menangis,

Tak kuasa melihat ratusan rakyatnya meninggal dunia setiap harinya
Ada ratusan tim medis yang menangis,
Tak kuasa melihat ratusan orang tak bisa di selamatkan dengan tangan mereka
Banyak Pemimpin dunia yang kewalahan dalam mengambil kebijakan ditengah kegentingan

Di fase kritis sayangnya banyak juga orang yang memanfaatkan dan mengambil kesempatan, bahkan lebih berbahaya karena bisa membunuh kelangsungan hidup orang lain karena egosentrisnya

Namun banyak jugak rakyat yang saling bergotong royong untuk memberikan sumbangsih terbaiknya, saling membantu sesama.....

Iyaa mereka, orang-orang luar biasa dengan latar belakang dan status sosial yang berbeda bekerja sama untuk saling bantu bergerak bersama untuk membantu pemerintah yang ruang lingkup tangannya terbatas tak sanggup menyentuh semua, maka hadirnya rakyat menjadi dorongan moril untuk memberikan kontribusi-kontribusi nyata.

Jika kita saling bekerja sama, tak hanya memikirkan diri sendiri, yakinlah semuanya akan segera berakhir, ada akhir yang luar biasa di depan sana, maka kita harus terus survive, we can solve everything, the best day will come soon !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun