Mohon tunggu...
Muhammad Fadli
Muhammad Fadli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan seorang mahasiswa di UIN Raden Mas Said Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Surat Al-Kafirun: Nilai Ketauhidan dan Toleransi

29 Maret 2024   13:14 Diperbarui: 29 Maret 2024   13:16 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Paham toleransi secara bertahap mulai terkikis oleh paham-paham intoleran yang menggerogoti nilai-nilai toleransi yang sudah ditanamkan sejak dahulu. seruan untuk saling bertoleransi antar umat agama dalam ajaran Agama Islam sudah dipraktikkan dari zaman ke zaman. Adanya individu yang melakukan tindak kekerasan atau aksi terorisme bukanlah bagian dari ajaran yang telah tertuang dalam Al-Quran, karena anjuran menebar kasih sayang dan cinta sesama manusia merupakan titik tekan dalam ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme dan perdamaian. Sehingga toleransi antar umat beragama secara serius di praktikkan dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat yang beragama.

Perbedaan merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari karena merupakan bagian dari sunnatullah. Adapun toleransi yang masih menjadi kontroversi serta mendapat kritik dari beberapa kelompok dari aspek prinsip serta penerapannya baik dari kalangan latitudinarian (kebebasan beragama) dan tradisional.Sejatinya, sikap intoleransi yang dipropagandakan oleh Kaum Zionis dan Barat maupun kritik yang dikemukakan atas perbedaan prinsip-prinsip toleransi secara eksplisit sudah terjawab oleh Al-Quran secara gamblang. Sehingga, umat Islam berupaya secara dinamis untuk mendalami rancangan toleransi yang diajarkan oleh Islam. Upaya ini bertujuan untuk menepis segala utopia yang ditujukan kepada Islam. Islam menerangkan praktik dan anjuran bertoleransi antar umat beragama yang tertuang dalam Surah Al-Kafirun. Surah tersebut mengajarkan Umat Islam bagaimana cara bersikap dan tata cara berinteraksi sosial serta bertoleransi antar pemeluk agama. Surah Al-Kafirun melalui terjemahan secara harfiah telah mengandung signifikansi humanisme, keharmonisan, keselarasan kepada penganut agama lainnya. Hal ini  membuktikan bahwasanya sikap toleransi dalam praktiknya bagi Islam bukanlah sesuatu yang asing lagi.

Dalam perjalanan menelusuri kekayaan spiritual dan etika dalam Islam, Surat Al-Kafirun menawarkan perspektif yang mendalam mengenai dua nilai penting: ketauhidan (monoteisme) dan toleransi. Surat ini, terdiruktur dalam 6 ayat, bukan hanya sebuah deklarasi keimanan tetapi juga sebuah manifesto toleransi.
Ketauhidan, esensi monoteisme dalam Islam, adalah prinsip yang menegaskan kepercayaan kepada satu Tuhan. Surat Al-Kafirun membuka dengan pernyataan tegas tentang ketauhidan dengan kata-kata "Katakanlah: Hai orang-orang kafir!" (QS 109:1), yang langsung menetapkan batas antara keyakinan monoteistik dengan kepercayaan lain. Namun, di balik ketegasan ini, ada sebuah pesan yang lebih dalam tentang pentingnya mempertahankan keaslian iman dalam menghadapi tekanan eksternal untuk kompromi atau menyamakan Tuhan dengan entitas lain.

Pada pandangan pertama, Surat Al-Kafirun mungkin tampak sebagai penegasan perbedaan, tetapi dalam esensinya, ayat-ayat tersebut mengajarkan toleransi. "Untukmu agamamu, dan untukku agamaku" (QS 109:6), ayat terakhir dari surat ini, adalah prinsip toleransi yang kuat. Ayat ini tidak hanya menolak pemaksaan keyakinan tetapi juga mengakui hak setiap individu untuk mengikuti jalan spiritual mereka sendiri. Ini adalah sebuah pemisahan yang jelas antara kehidupan spiritual pribadi dengan keberagaman keyakinan dalam masyarakat. 

Surat Al-Kafirun, dengan singkat, mencerminkan bagaimana Islam memandang pluralitas agama dan keyakinan. Pesan toleransinya bukan berarti merelativisasikan kebenaran, tetapi menghargai ruang hidup bersama dalam damai dengan perbedaan. Hal ini sangat relevan dalam konteks masyarakat modern yang terfragmentasi oleh perbedaan agama, etnik, dan budaya. Toleransi, seperti yang diajarkan dalam Surat Al-Kafirun, bukanlah sekadar toleransi pasif, tetapi partisipasi aktif dalam menciptakan masyarakat yang harmonis.

Ketauhidan dan toleransi dalam Surat Al-Kafirun adalah dua sisi dari mata uang yang sama. Ketauhidan menegaskan identitas spiritual, sementara toleransi memperluas pemahaman ini ke dalam etika sosial. Bersama-sama, mereka membentuk dasar untuk sebuah masyarakat yang di dalamnya keberagaman keyakinan dapat dilihat bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kekayaan yang membantu memperkuat kain sosial.

Surat Al-Kafirun, dengan pesan ketauhidannya yang kuat dan penghormatan terhadap pluralisme, mengajarkan kita bahwa kebenaran spiritual tidak harus mengarah pada konflik, tetapi dapat menjadi sumber kedamaian dan toleransi. Dalam dunia yang sering kali terbelah oleh perbedaan, pesan Surat Al-Kafirun tetap relevan sebagai pengingat bahwa kekuatan iman sejati terletak pada kemampuan untuk hidup bersama dalam perbedaan dengan rasa saling menghormati dan memahami.

Dalam Kitab Shafatut Tafasir Syekh Muhammad Ali As-Shabuni menjelaskan bahwa surat Al=Kafirun adalah surat tauhid dan bara'ah (berlepas diri) dari syirik serta kesesatan. Orang kafir mengajak Nabi s.a.w. untuk gencatan senjata dan meminta beliau untuk menyembah berhala mereka selama setahun dan mereka menyembah Tuhan beliau selama setahun. Maka turunlah surat ini memutuskan harapan mereka, memutuskan perselisihan antara kedua kelompok: ahli iman dan penyembah berhala dan membantah pikiran rendah itu, baik pada saat itu maupun selanjutnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun