Mohon tunggu...
Muhammad Fadhil Amir
Muhammad Fadhil Amir Mohon Tunggu... Sales - Suka berpikir dan mohon maaf jika terlalu alternatif

Lulusan Universitas Agama dan kerja di dunia ritel. Senang berada di circle penerbit buku. Senang berurusan dengan buku. Punya toko buku tematik, cek petikertas. Salam kenal,

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tak Mengapa, Jalani Saja!

31 Maret 2021   18:46 Diperbarui: 31 Maret 2021   18:49 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

2015 yang lalu, saya secara resmi menjadi mahasiswa baru salah satu program studi (prodi) yang membuat orang lain terkagum atau merinding tatkala mendengarnya, Program Studi Ilmu Alquran dan Tafssir (IAT). 

Nah, saya pastikan yang membaca pun demikian merindingnya. Ya, prodi yang dihormati oleh mereka yang memang bersimpati tapi tak lupa, menjadi prodi yang membuat orang banyak meremehkan dengan pertanyaan menjebak, "mau jadi apa nantinya?" 

Akan tetapi, memang demikian lah proses kehidupan, yang selalu akan ada sisi pendukung dan penghalang dalam bidang apapun. Terlebih, bidang saya ambil itu, haha.

Lalu, tahun Januari 2020 saya pun resmi diwisuda dan menjadi alumni prodi tersebut, tepat sebulan sebelum pandemi mulai mewabah dan mematikan seluruh aktivitas masyarakat hingga memunculkan budaya baru, menjaga diri dari pandemi. Tapi, saya takkan membahas pandemi. Toh, sampai sekarang pandemi belum dinyatakan berakhir dan saya bukan seorang yang mumpuni di bidang tersebut. 

Kini, tahun 2021, saya bekerja sebagai pramuniaga di sebuah perusahaan ritel buku terkemuka di Indonesia. Tepatnya, pada Desember 2020 saya mulai bekerja secara resmi di sana, setelah melewati program pendidikan yang tersedia pada perusahaan ritel buku tersebut dan kemudian diberi tawaran untuk bekerja kontrak di sana. 

Sederhananya, bagaimana bisa saya yang seorang Sarjana Agama (S.Ag) yang justru mengabdikan masa depannya pada sebuah perusahaan ritel buku terkemuka di Indonesia? Bukankah yang demikian salah jalur? 

Bahkan sudah melenceng dari ekspektasi masyarakat bahwa Sarjana Agama akan berkiprah di bidang keagamaan walau hanya sebatas pemuka agama kampung? Haha, maaf saja. Saya patahkan ekspektasi tersebut, hehe.

Bagi mereka yang mendukung langkah saya ambil tersebut, akan mewajarkan dan bahkan berlapang dada, seperti kedua orang tua saya yang senantiasa membesarkan hati mereka ketika mendengar opini orang di luar sana. 

Akan tetapi, bagi mereka yang menyayangkan bahkan kurang mendukung langkah saya, hanya dapat menyampaikannya pada kedua orang tua saya. Tanpa sedikitpun berani mengklarifikasi kepada saya. Haha, semoga bukan tradisi yang membudaya di Indonesia.

Akhirnya, saya mempunyai kesempatan, untuk setidaknya, mengklarifikasi terkait langkah besar yang saya ambil saat ini. 

Saya, dengan sepenuh hati mengarungi langkah besar yang saya ambil hanya berdasar pada kecintaan akan pengetahuan serta bersandar pada takdir baik yang sudah Tuhan tetapkan pada saya. Hehe. Yah, namanya juga pembenaran, apapun akan saya katakan.

Selama proses yang saya jalani saat ini, banyak hal-hal yang menginspirasi datang silih berganti. semisal, karena langkah besar ini, saya berkesempatan menggali potensi pemasaran yang memang sudah terpatri dalam diri sejak kecil. 

Hanya saja, baru sekarang dapat ditumbuh-kembangkan. atau seni mencari peluang yang saya idam-idamkan sejak dahulu, dapat semakin melebar dan mendalam. Begitu bersyukur atas nikmat yang Ia berikan. 

memang, bagi banyak orang di luar sana, apa yang saya lakukan terkesan menyia-nyiakan waktu muda. Harusnya, saya berorientasi pekerja yang setelah lulus wisuda, menargetkan perusahaan dengan banyak digit pada slip gaji. 

Bukannya mencari pekerjaan yang hanya bisa menunjang kebutuhan keseharian dan mimpi yang ingin dibangun. Dasar pemimpi, selalu memimpikan hal-hal aneh entah saat tidur ataupun nyata.

Dan, lagi-lagi ada syukur yang pantas terucap. Saat ini, saya pun sedang menumbuh-kembangkan seorang anak bernama "petikertas". 

Sebuah toko buku yang di masa nanti dapat mewujudkan mimpi yang selama ini hanya saya bisa warnai di dalam kepala dan dirapalkan dalam doa. Terima kasih, Tuhan. Wa Yarzuqhu Min Haitsu Laa Yahtasib.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun