Dai harus bisa membaca situasi sosial masyarakat. Misalnya, tidak menyampaikan materi dakwah yang menyinggung keyakinan orang lain secara frontal. Dalam masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, hal ini sangat penting agar dakwah tidak menimbulkan konflik sosial.
Secara moral, seorang dai juga harus menjaga integritas. Jangan sampai berdakwah soal kejujuran, tapi dalam kehidupan sehari-hari malah berlaku sebaliknya. Ini bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap dakwah itu sendiri.
Dakwah juga harus punya nilai kemanusiaan. Bukan hanya bicara soal ibadah, tapi juga menyinggung isu-isu sosial seperti keadilan, pendidikan, kemiskinan, dan perdamaian. Di sinilah letak tanggung jawab sosial dai sebagai agen perubahan.
Etika dan etos dalam dakwah adalah dua aspek yang tidak bisa dipisahkan. Etika menjaga cara kita dalam berdakwah tetap lembut, bijak, dan tidak menyakiti. Sementara etos menjaga semangat, tanggung jawab, dan ketulusan dalam menyampaikan kebenaran. Jika dua hal ini dijaga, maka dakwah tidak hanya menjadi rutinitas, tapi juga menjadi gerakan nyata yang membentuk masyarakat yang lebih baik secara spiritual, sosial, dan moral.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI