Muhammad Erza FarandiÂ
12405051050119
Dakwah bukan sekadar menyampaikan pesan-pesan keislaman, tapi juga menyangkut cara dan sikap dalam penyampaian. Di tengah masyarakat yang beragam, pendekatan yang baik sangat menentukan keberhasilan dakwah. Oleh karena itu, penting untuk memahami apa itu etika dan etos dalam dakwah. Dua hal ini menjadi kunci agar dakwah bisa diterima, menyentuh hati, dan tidak menimbulkan konflik di tengah masyarakat.
Berdakwah juga harus mempunyai Etika, etika dakwah dalam Islam berkaitan erat dengan adab dan akhlak sang dai saat menyampaikan ajaran Islam. Dakwah tidak bisa dilakukan dengan cara yang kasar, menghina, atau memaksakan kehendak. Dalam Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 125, Allah memerintahkan:
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik."
Dari ayat ini kita paham bahwa etika dakwah mencakup tiga hal penting: hikmah (kebijaksanaan), mau'izah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah bil-lati hiya ahsan (berdiskusi dengan cara yang baik). Artinya, seorang dai harus punya sikap sabar, bijak, dan mengedepankan kelembutan dalam berdakwah. Bukan hanya isi dakwah yang harus benar, tapi juga caranya.
Selain itu, Rasulullah SAW juga memberi contoh nyata dalam etika berdakwah. Meski dihina dan dilukai, beliau tetap membalas dengan kasih sayang. Ini menunjukkan bahwa dakwah bukan soal menang argumen, tapi soal menyentuh hati dan menumbuhkan kesadaran.
Etos dalam berdakwah adalah semangat dan sikap mental yang menunjukkan kesungguhan seorang dai dalam berdakwah. Ini mencakup keikhlasan, komitmen, kerja keras, tanggung jawab, dan konsistensi dalam menyampaikan nilai-nilai Islam.
Seorang dai tidak boleh hanya aktif ketika suasana mendukung saja. Ia harus tetap berdakwah meski kondisi sulit. Misalnya berdakwah di tengah masyarakat yang berbeda pandangan atau minim pemahaman agama. Tantangan seperti ini justru menjadi ladang pahala jika dihadapi dengan niat yang lurus dan cara yang tepat.
Etos dakwah juga terlihat dari kesungguhan dalam belajar dan memperbaiki diri. Seorang dai tidak cukup hanya bisa berbicara, tapi juga harus terus meningkatkan ilmunya dan menjaga perilakunya agar sesuai dengan nilai Islam yang ia sampaikan. Ketika ucapan dan perbuatannya selaras, maka pesan dakwah lebih mudah diterima.
Dakwah bukan hanya tanggung jawab pribadi kepada Allah, tapi juga punya dimensi sosial dan moral yang besar. Ketika berdakwah, kita sedang membawa wajah Islam kepada publik. Maka penting bagi seorang dai untuk sadar bahwa setiap kata dan tindakannya bisa berdampak luas.