Meski menjanjikan, bank digital masih menghadapi beberapa tantangan. Tidak semua daerah memiliki akses internet stabil, terutama di wilayah pedesaan atau terpencil.Â
Hal ini menghambat inklusi keuangan digital secara merata, karena akses ke layanan perbankan digital sangat bergantung pada konektivitas dan perangkat yang memadai.
Selain itu, tingkat literasi digital dan literasi keuangan masyarakat juga masih menjadi pekerjaan rumah.Â
Banyak pengguna yang belum memahami cara menggunakan layanan digital secara aman dan optimal, sehingga rentan menjadi korban penipuan daring, seperti phishing, social engineering, atau penyalahgunaan data pribadi.
Kurangnya pemahaman tentang fitur-fitur finansial digital juga membuat sebagian masyarakat belum bisa memanfaatkan layanan bank digital secara maksimal, seperti perencanaan anggaran otomatis, tabungan berjangka digital, atau investasi mikro.Â
Tanpa edukasi yang memadai, inovasi yang canggih bisa menjadi sia-sia atau bahkan menimbulkan risiko baru.
Kesimpulan: Dompet Konvensional Akan Tergantikan?
Dengan kecepatan inovasi dan adopsi yang terjadi saat ini, besar kemungkinan bank digital akan menjadi dompet masa depan.Â
Peran bank tidak lagi sebatas tempat menyimpan uang, melainkan berkembang menjadi pusat kendali keuangan pribadi yang terintegrasi dengan berbagai layanan mulai dari pembayaran, tabungan, investasi, hingga pinjaman berbasis digital.
Masyarakat kini semakin nyaman melakukan segala bentuk transaksi tanpa uang tunai, dan ke depannya, pengalaman bertransaksi akan semakin mulus, cepat, dan personal berkat dukungan kecerdasan buatan dan analitik data.Â
Bank digital akan mempelajari pola keuangan penggunanya dan memberikan rekomendasi yang sesuai, menjadikannya bukan hanya alat transaksi, tapi juga mitra finansial cerdas.