Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Mengenal Ekowisata: Tren Pariwisata Ramah Lingkungan yang Semakin Digemari

18 April 2025   13:30 Diperbarui: 18 April 2025   12:40 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin banyak orang yang menyadari bahwa bumi kita berada dalam kondisi genting. 

Perubahan iklim yang kian ekstrem, kebakaran hutan yang makin sering terjadi, hingga punahnya berbagai spesies menjadi alarm keras bahwa kita tak bisa lagi bersikap acuh. 

Kesadaran ini mendorong perubahan gaya hidup, termasuk dalam hal bepergian dan berwisata.

Kini, wisatawan tidak hanya mencari keindahan dan kenyamanan, tetapi juga mempertimbangkan dampak dari setiap perjalanan yang mereka lakukan. 

Mereka mulai bertanya: apakah tempat yang dikunjungi dikelola secara berkelanjutan? Apakah masyarakat lokal mendapatkan manfaat? Apakah perjalanan ini meninggalkan jejak karbon yang besar?

Dalam konteks inilah ekowisata semakin mendapat tempat. Ia menjawab kebutuhan untuk tetap menikmati keindahan alam tanpa mengorbankan kelestariannya. 

Contoh Nyata Ekowisata

Beberapa destinasi ekowisata yang telah berkembang di Indonesia menjadi contoh bagaimana pariwisata dapat berjalan seiring dengan pelestarian alam dan pemberdayaan masyarakat. 

Misalnya, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, yang menjadi rumah bagi spesies langka komodo dan ekosistem laut yang kaya. 

Selain menawarkan pengalaman melihat hewan purba secara langsung, kawasan ini juga dikelola dengan pendekatan konservatif agar tidak terjadi overkapasitas kunjungan yang merusak habitat alami.

Kemudian ada Desa Wisata Nglanggeran di Gunungkidul, Yogyakarta. Dulu dikenal sebagai kawasan perbukitan yang tandus, kini Nglanggeran menjelma menjadi desa ekowisata yang sukses melalui pengelolaan berbasis komunitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun