Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketahanan Pangan Dimulai dari Desa, Tumbuh Bersama Rakyat

15 April 2025   12:18 Diperbarui: 15 April 2025   12:18 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketahanan pangan desa, ibu-ibu sedang memanen padi (sumber gambar: katadata.co.id)

Ketahanan pangan bukan sekadar urusan negara di tingkat pusat, melainkan juga dimulai dari akar rumput dari desa-desa tempat sumber pangan tumbuh dan berkembang. 

Di sanalah sawah digarap, ternak dipelihara, dan kearifan lokal dalam mengelola alam diwariskan dari generasi ke generasi. 

Namun, selama ini desa sering kali hanya dianggap sebagai latar belakang, bukan sebagai pelaku utama dalam sistem pangan nasional.

Padahal, jika kita ingin membangun ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan, desa harus diberi ruang, peran, dan dukungan yang lebih besar. 

Desa bukan hanya lumbung beras atau gudang hasil tani, melainkan pusat inovasi, solidaritas sosial, dan semangat gotong royong yang menjadi kekuatan sejati bangsa ini.

Dengan memberdayakan desa, kita tidak hanya memperkuat rantai pasok pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja, dan membangun fondasi ekonomi yang mandiri dari bawah. 

Ketahanan pangan yang sejati tidak dibangun dari atas ke bawah, tapi tumbuh dari tanah yang kita pijak dari desa yang hidup dan bergerak bersama rakyatnya.

Desa: Lumbung Pangan yang Sering Terlupakan

Indonesia memiliki ribuan desa yang kaya akan sumber daya alam dan manusia. Ironisnya, tak sedikit dari desa-desa ini justru mengalami kesulitan pangan, baik karena keterbatasan akses, minimnya infrastruktur, maupun lemahnya dukungan kebijakan yang berpihak pada petani kecil. 

Lahan pertanian luas, tapi tak produktif karena kekurangan air atau pupuk. Hasil panen melimpah, tapi nilai jual rendah karena ketergantungan pada tengkulak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun