Ketahanan pangan bukan sekadar urusan negara di tingkat pusat, melainkan juga dimulai dari akar rumput dari desa-desa tempat sumber pangan tumbuh dan berkembang.Â
Di sanalah sawah digarap, ternak dipelihara, dan kearifan lokal dalam mengelola alam diwariskan dari generasi ke generasi.Â
Namun, selama ini desa sering kali hanya dianggap sebagai latar belakang, bukan sebagai pelaku utama dalam sistem pangan nasional.
Padahal, jika kita ingin membangun ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan, desa harus diberi ruang, peran, dan dukungan yang lebih besar.Â
Desa bukan hanya lumbung beras atau gudang hasil tani, melainkan pusat inovasi, solidaritas sosial, dan semangat gotong royong yang menjadi kekuatan sejati bangsa ini.
Dengan memberdayakan desa, kita tidak hanya memperkuat rantai pasok pangan, tapi juga meningkatkan kesejahteraan petani, memperluas lapangan kerja, dan membangun fondasi ekonomi yang mandiri dari bawah.Â
Ketahanan pangan yang sejati tidak dibangun dari atas ke bawah, tapi tumbuh dari tanah yang kita pijak dari desa yang hidup dan bergerak bersama rakyatnya.
Desa: Lumbung Pangan yang Sering Terlupakan
Indonesia memiliki ribuan desa yang kaya akan sumber daya alam dan manusia. Ironisnya, tak sedikit dari desa-desa ini justru mengalami kesulitan pangan, baik karena keterbatasan akses, minimnya infrastruktur, maupun lemahnya dukungan kebijakan yang berpihak pada petani kecil.Â
Lahan pertanian luas, tapi tak produktif karena kekurangan air atau pupuk. Hasil panen melimpah, tapi nilai jual rendah karena ketergantungan pada tengkulak.Â