Sampah plastik yang sulit terurai menumpuk di berbagai tempat, mencemari tanah, air, dan bahkan masuk ke rantai makanan.Â
Perbedaan Dulu dan Sekarang: Kiamat Sampah Plastik
Perubahan gaya hidup yang semakin modern membawa dampak besar terhadap lingkungan. Jika dahulu orang terbiasa menggunakan bahan alami dan dapat terurai, kini plastik telah mendominasi hampir setiap aspek kehidupan, termasuk di pasar tradisional.Â
Kantong plastik, styrofoam, dan berbagai jenis kemasan sekali pakai menjadi hal yang tidak terpisahkan dari aktivitas belanja.
Sampah plastik kini bukan hanya ada di perkotaan, tetapi juga telah menyebar ke pelosok desa. Sungai-sungai yang dulunya jernih kini dipenuhi sampah, tanah-tanah yang dulunya subur kini tertutup oleh limbah plastik yang sulit terurai.Â
Sampah plastik bahkan telah masuk ke dalam rantai makanan, mengancam kesehatan manusia dan ekosistem secara keseluruhan.
Dulu, masyarakat sadar akan pentingnya penggunaan kembali barang-barang yang masih bisa dipakai. Tas keranjang digunakan berkali-kali, daun pisang dijadikan pembungkus alami, dan hampir tidak ada limbah yang berlebihan.Â
Sekarang, budaya sekali pakai semakin merajalela, membuat produksi sampah meningkat secara drastis. Selain itu, budaya tawar-menawar yang dulu erat kaitannya dengan pasar tradisional kini juga semakin terkikis.Â
Banyak orang lebih memilih belanja di supermarket atau toko modern yang serba praktis, meskipun itu berarti harus menerima kemasan plastik dalam jumlah besar.Â
Ini menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada nilai sosial dan interaksi antarindividu.
Kondisi ini mengingatkan kita bahwa sudah saatnya kita kembali ke kebiasaan lama yang lebih berkelanjutan.Â