Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Apabila telah ditunaikan salat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah..." (QS. Al-Jumu’ah: 10).
Ayat ini menegaskan bahwa setelah menjalankan ibadah, umat Islam dianjurkan untuk tetap bekerja dan berusaha mencari rezeki.Â
Pekerjaan bukan hanya sekadar mencari nafkah, tetapi juga bisa menjadi ladang pahala jika dilakukan dengan ikhlas dan bertujuan untuk menafkahi keluarga serta membantu sesama.
Mungkinkah Kita Berhenti Bekerja Selama Ramadan?
Secara teori, berhenti bekerja selama Ramadan memang mungkin dilakukan, terutama bagi mereka yang memiliki penghasilan pasif, tabungan yang cukup, atau bekerja di sektor yang memungkinkan fleksibilitas waktu.Â
Bagi sebagian orang, terutama pengusaha yang sudah memiliki sistem bisnis yang berjalan sendiri, pekerja lepas (freelancer) yang bisa mengatur jadwalnya, atau mereka yang memiliki cukup simpanan, mengambil jeda selama sebulan untuk fokus beribadah bisa menjadi pilihan yang realistis.
Namun, bagi mayoritas pekerja, terutama mereka yang bergantung pada gaji bulanan atau penghasilan harian, berhenti bekerja selama Ramadan bisa menjadi tantangan besar. Tidak bekerja berarti tidak ada pemasukan, sementara kebutuhan hidup tetap berjalan.Â
Selain itu, dalam beberapa profesi, terutama di sektor layanan, kesehatan, dan industri esensial, bekerja selama Ramadan bahkan menjadi kewajiban yang tidak bisa dihindari. Di sisi lain, berhenti total dari pekerjaan juga bisa menimbulkan tantangan baru.Â
Alternatif: Menyesuaikan Ritme Kerja
Jika berhenti bekerja selama sebulan terasa sulit, maka menyesuaikan ritme kerja bisa menjadi solusi yang lebih realistis. Banyak perusahaan memberikan fleksibilitas jam kerja selama Ramadan, seperti pengurangan jam operasional atau penyesuaian waktu masuk dan pulang.Â