Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Nostalgia: Mengapa Tren dari Masa Lalu Selalu Kembali?

21 Februari 2025   11:50 Diperbarui: 21 Februari 2025   11:40 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena kembalinya tren lama bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari siklus tren yang berulang. Sejak dulu, budaya populer telah menunjukkan pola yang sama, tren yang sempat redup akan kembali muncul setelah beberapa dekade, sering kali dengan sentuhan modern. Siklus ini terjadi di berbagai bidang, mulai dari fashion, musik, film, hingga teknologi.

Salah satu teori yang menjelaskan fenomena ini adalah “rule of 20 years”, yang menyatakan bahwa tren biasanya kembali setelah sekitar dua dekade. Misalnya, di tahun 2020-an, banyak gaya dari tahun 2000-an atau bahkan 90-an yang kembali populer, seperti celana cargo, crop top, dan aesthetic Y2K. 

Tren ini muncul kembali bukan hanya karena mereka menarik secara visual, tetapi juga karena generasi baru yang sebelumnya terlalu muda untuk mengikuti tren tersebut sekarang memiliki kesempatan untuk mengadopsinya.

Selain faktor siklus waktu, kemunculan kembali tren lama juga didorong oleh perkembangan teknologi dan media sosial. Platform seperti TikTok dan Instagram telah menghidupkan kembali budaya lama dengan cepat. 

Lagu-lagu dari dekade sebelumnya sering viral karena digunakan dalam video, fashion vintage menjadi tren karena banyak influencer yang mengadopsinya, dan bahkan perangkat teknologi lawas seperti kamera film kembali diminati karena memberikan estetika unik yang tidak ditemukan dalam kamera digital modern.

Dampak Nostalgia terhadap Konsumen dan Industri

Nostalgia tidak hanya memengaruhi tren gaya hidup, tetapi juga berpengaruh besar terhadap industri bisnis. Banyak perusahaan memanfaatkan sentimen nostalgia sebagai strategi pemasaran untuk menarik perhatian konsumen, terutama mereka yang memiliki keterikatan emosional dengan produk atau tren dari masa lalu.

Salah satu contohnya adalah industri fashion, di mana merek-merek besar seperti Adidas, Nike, dan Levi’s sering merilis kembali koleksi klasik mereka dalam versi yang diperbarui. Sepatu sneakers model retro, celana jeans high-waist, dan jaket oversized yang pernah populer di masa lalu kini kembali digemari oleh generasi baru. 

Dengan menghadirkan produk lama dalam kemasan modern, brand tidak hanya menjangkau pelanggan lama yang merasa nostalgia, tetapi juga menarik minat anak muda yang menganggap gaya vintage sebagai sesuatu yang unik dan stylish.

Di dunia teknologi, nostalgia juga menjadi daya tarik besar. Produk seperti kamera analog, ponsel lipat, dan konsol game klasik seperti Nintendo NES atau PlayStation 1 mendapatkan minat baru dari pasar. 

Perusahaan sering kali merilis versi modern dari produk-produk ikonik ini, seperti Super Nintendo Classic Edition atau Motorola Razr versi layar lipat, yang menggabungkan desain nostalgia dengan teknologi mutakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun