Mohon tunggu...
Muhammad Dahron
Muhammad Dahron Mohon Tunggu... Penulis

Saya menjadi penulis sejak tahun 2019, pernah bekerja sebagai freelancer penulis artikel di berbagai platform online, saya lulusan S1 Teknik Informatika di Universitas Serambi Mekkah Banda Aceh Tahun 2012.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Fenomena "Healing", Apakah Liburan Benar-benar Membawa Kebahagiaan?

12 Desember 2024   13:25 Diperbarui: 16 Desember 2024   23:58 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi healing dan bersepeda di bali. (Dok. Shutterstock/Elizaveta Galitckaia via kompas.com)

Hal ini menciptakan persepsi bahwa kebahagiaan dan ketenangan dapat diperoleh hanya dengan bepergian ke tempat tertentu atau melakukan aktivitas tertentu. Akibatnya, banyak orang merasa tertekan untuk ikut serta dalam tren ini, meskipun mungkin tidak benar-benar membutuhkan atau mampu melakukannya. Sebagian lainnya bahkan merasa “tertuntut” untuk memastikan bahwa liburan mereka terlihat menarik di mata orang lain, bukan karena mereka ingin menikmati momen itu sendiri.

Ironisnya, alih-alih membawa kedamaian, fenomena ini justru bisa menciptakan stres baru. Tekanan untuk mendapatkan foto yang sempurna, memilih tempat yang “Instagramable,” atau membandingkan diri dengan perjalanan orang lain sering kali membuat esensi healing itu sendiri hilang. Sebuah perjalanan yang seharusnya menjadi waktu untuk beristirahat malah berubah menjadi perlombaan sosial tanpa akhir.

Namun, bukan berarti healing melalui liburan tidak bermanfaat. Ketika dilakukan dengan kesadaran penuh dan tujuan yang tepat, liburan memang bisa menjadi momen untuk menyegarkan pikiran dan menyelaraskan kembali emosi. Tantangannya adalah bagaimana menjauhkan diri dari tekanan media sosial dan fokus pada kebutuhan pribadi selama perjalanan tersebut.

Ilustrasi healing (sumber gambar: relax.co.id)
Ilustrasi healing (sumber gambar: relax.co.id)

Liburan yang Efektif untuk Kebahagiaan

Meski begitu, liburan tetap memiliki manfaat nyata, asalkan dilakukan dengan tujuan yang tepat. Penelitian menunjukkan bahwa waktu istirahat dari rutinitas dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan kesehatan mental, dan memperkuat hubungan sosial, terutama jika liburan dilakukan bersama keluarga atau teman dekat. Suasana baru dan pengalaman berbeda yang ditawarkan oleh perjalanan juga dapat memicu rasa bahagia, menstimulasi kreativitas, dan memperbaiki suasana hati.

Namun, agar manfaat tersebut dapat dirasakan sepenuhnya, liburan perlu direncanakan dengan baik sesuai kebutuhan pribadi. Jika tujuan utamanya adalah mencari ketenangan, memilih tempat yang sepi dan jauh dari keramaian mungkin lebih tepat dibandingkan destinasi populer yang ramai. Selain itu, memanfaatkan waktu untuk merenung, memutus koneksi sementara dari pekerjaan atau media sosial, dan benar-benar menikmati momen adalah langkah penting agar liburan tidak hanya menjadi pelarian sementara.

Liburan juga memberikan kesempatan untuk refleksi diri. Dengan menjauh dari tekanan sehari-hari, kita dapat melihat masalah atau tantangan hidup dari sudut pandang yang berbeda. Dalam suasana yang lebih santai, sering kali muncul solusi atau ide-ide baru yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Namun, penting untuk diingat bahwa liburan bukan satu-satunya cara untuk "menyembuhkan" diri. Kombinasi dari pola hidup sehat, manajemen stres, dukungan sosial, dan kebiasaan positif sehari-hari adalah kunci untuk menciptakan kebahagiaan yang berkelanjutan. Dengan demikian, liburan bisa menjadi pelengkap, bukan satu-satunya cara, untuk mencapai keseimbangan hidup.

Kesimpulan

Liburan memang dapat memberikan kebahagiaan, tetapi sifatnya sering kali sementara. Setelah kembali ke rutinitas, tantangan hidup yang sama akan tetap ada, menuntut kita untuk menemukan cara yang lebih berkelanjutan dalam menjaga kesehatan mental dan emosional. Oleh karena itu, healing sejati bukan hanya tentang melarikan diri dari masalah, tetapi bagaimana kita membangun mekanisme coping yang sehat dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun