Lalu bisakah people power berubah makna menjadi simbol perlawanan?
Tentu. Kunci utama perubahan makna seperti yang terjadi pada bajingan dan sontoloyo adalah situasi sosial. Dalam hal ini narasi politik people power yang terkena sikap represif pemerintah melalui hukum dapat menjadi pemicu.
Pedemo kelak bisa menjadikan people power ini sebagai narasi perlawanan terhadap sikap pemerintah yang sewenang-wenang, tidak memperhatikan rakyat, atau dapat digunakan dalam demo buruh, serta berbagai motif yang lain.
Kata people power dapat memiliki kekuatan yang sama seperti moto liberte, fraternite, egalite dalam revolusi Prancis. Bila kata-kata saja belum cukup, karena setiap pergerakan demonstrasi selalu mengusung simbol maka bisa menggunakan tanda dua jari (jempol dan telunjuk). People power dan tanda dua jari ini dapat menjadi simbol perlawanan orang-orang kelak.
Pada akhirnya, people power akan tetap memiliki legitimasi yang kuat dalam perbendaharaan bahasa di masyarakat. Meski Amien Rais telah mencoba mengubah kata ini dengan pergerakan kedaulatan rakyat. Tapi ide terkait kata ini tetap hidup karena seperti yang dibilang oleh Alan Moore dan David Lloyd, ide itu tidak seperti manusia, ide tidak bisa mati, ide itu tahan terhadap peluru.
Kemudian kapan kata ini akan segera digunakan sebagai simbol dengan makna yang baru? Perlu waktu bertahun-tahun untuk pergeseran bahasa dan membangkitkan kekuatan kata ini. Jadi tunggu tanggal mainnya :) #M.CR