Mohon tunggu...
Muhammad Anwarudin
Muhammad Anwarudin Mohon Tunggu... Guru - Sangat antusias akan hal-hal baru, khususnya yang berhubungan dengan peningkatan pembelajaran jenjang pendidikan dasar.

Do More

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menginventarisasi Nilai-Nilai Budaya Menuju Kemajuan Bangsa

13 Mei 2020   22:33 Diperbarui: 13 Mei 2020   22:40 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menginventarisasi Nilai-Nilai Budaya Menuju Kemajuan Bangsa

Nilai-nilai budaya dalam kehidupan masyarakat menjadi hal yang sangat mendasar dalam proses pencapaian kemajuan suatu bangsa. Nilai-nilai budaya yang mampu menjadi pendorong kemajuan suatu bangsa harus benar-benar mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat. Peran nilai-nilai budaya dalam memajukan bangsa adalah sebagai pembentuk karakter dan moral bangsa. (PresidenRI.go.id). Karakter dan moral menjadi salah satu indikator usaha pencapaian kemajuan suatu bangsa melalui budaya.

Dalam hal pencapaian kemajuan bangsa melalui budaya, kita layak berkaca pada beberapa negara di Asia Timur. Jepang dengan "wakon yosei" (berjiwa dan bersemangat Jepang dengan kemampuan barat). Selanjutnya, fenomena "hallyu/ korean wave" (penyebaran budaya korea secara masif ke seluruh penjuru dunia  di awal era 90-an), mampu menjadi amunisi khusus dalam memajukan berbagai sektor di Korea Selatan. Tidak ketinggalan, Neo-Konfusianisme dijadikan dasar filosofi dan budaya dalam upaya membangkitkan semangat dan etos kerja masyarakat Tiongkok pada era keterbukaan setelah sekian lama berada dalam lembah keterpurukan. (Hennida, Felayati, Wijayanti, & Perdana, 2017:250-260).

Beberapa contoh tersebut menunjukkan adanya kontribusi budaya terhadap kemajuan bangsa. Proses kemajuan bangsa melalui konsep budaya tersebut memang tidak terjadi secara instan, namun membutuhkan waktu yang panjang. Disamping waktu, komitmen seluruh komponan bangsa menjadi hal yang tidak kalah pentingnya. Pada akhirnya, mereka mampu membuktikan bahwa budaya menjadi hal yang penting untuk mencapai kemajuan negara.

Adakah nilai-nilai budaya kita yang dapat dipergunakan sebagai modal dalam memajukan bangsa. Jawabannya tentu sangat banyak nilai-nilai budaya Indonesia yang dapat dijadikan modal dalam mengusahakan kemajuan bangsa. Setidaknya terdapat lima nilai-nilai budaya yang mampu menjadi modal kemajuan bangsa, dan juga menjadi bahan evaluasi bersama,  yakni Multikultural, kerjasama, kemampuan berpikir strategis, artikulasi diri, dan keterbukaan.

Multikultural 


Pada dasarnya, masyarakat Indonesia tidak mengalami hambatan berarti dalam menerima dan memahami perbedaan budaya. Hal ini telah terbukti dalam sejarah perjalanan bangsa yang menunjukkan bahwa konsep multikultural tidak menjadi penghalang. "our country has a high level of diversity. Go global is not only about intellectual, but also about understand others". (Panggabean, Tjitra, dan Murniati, 2013:173). Kemajuan bangsa tidak hanya sekedar tentang kemmapuan intelektual, namun juga tentang saling memahami.

Dalam situasi seperti saat ini, dimana mulai bermunculan berbagai paham-paham yang mulai mengusik ke-multikultural-an bangsa, konsep Bhinneka Tunggal Ika menjadi sangat layak sebagai solusi. Bhinneka Tunggal Ika merupakan konsep pemersatu bangsa tanpa meninggalkan makna kekhasan/ keanekaragaman yang ada. Hal ini menjadi bekal kekuatan dalam menggapai kemajuan bangsa dalam kemajemukan. Selain itu, aspek pendidikan menjadi penting untuk diberikan perhatian khusus dalam menangkal maraknya paham-paham yang mengusik ke-multikultural-an bangsa tersebut.

Pendidikan berkonsep multikultural menjadi penting untuk dilakukan dengan mengintegrasikan budaya dalam konsep dasar, generalisasi, dan teori dari disiplin-disiplin ilmu; memahamkan siswa terhadap keterlibatan budaya pada disiplin ilmu; penyesuaian metode pengajaran dengan cara belajar siswa yang berbeda-beda untuk pencapaian prestasi akademik; identifikasi karakteristik siswa untuk penentuan metode pengajaran yang sesuai; melatih siswa dengan latar belakang sama untuk ikut berpartisipasi positif aktif dalam berinteraksi dengan lingkungan dalam lingkungan akademik. (Herman, dkk., 2016:2.19).

Bhinneka Tunggal Ika berperan sebagai payung besar untuk menaungi seluruh aspek kehidupan bangsa. Sedangkan pendidikan multikultural sebagai sarana penerang dalam pelayanan pendidikan untuk mengakomodasi keberagaman dan keanekaragaman bangsa. Dengan adanya kedua hal tersebut, diharapkan akan memberikan hasil maksimal dalam usaha pencapaian kemajuan bangsa. Sektor pendidikan sudah seharusnya memainkan perannya dengan baik, setidaknya untuk dua peran penting. Peran pertama adalah bahwa pendidikan sebagai peletak dasar konsep Bhinneka Tunggal Ika dan juga konsep multikulturalisme. Peran selanjutnya adalah bahwa pendidikan sebagai salah satu wujud implementasi dari kedua konsep tersebut. Pendidikan secara fisik berperan sebagai lingkungan yang mengakomidasi segala interaksi yang mampu mewujudkan implementasi kedua konsep besar tersebut. 

Kerjasama 

Budaya kerjasama sudah sangat mengakar dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pemerolehan kemerdekaan sampai pada hal-hal terkait teknis kehidupan bermasyarakat dilakukan dengan mengaplikasikan budaya kerjasama. Kerjasama akan menunjang kestabilan kehidupan menuju kekompakan yang terjaga dengan baik.

Pencapaian target menjadi hal penting namun bukan satu-satunya yang utama, proses pelaksanaan kerjasamalah yang menjadi lebih penting. Budaya kerjasama dalam masyarakat Indonesia berorientasi pada relasi atau hubungan harmonis dalam dan antar kelompok. Kesadaran diri menjadi hal penting dalam menangkal tergerusnya budaya kerjasama dalam masyarakat sebagai upaya meraih kemajuan bangsa.

Kemampuan Berpikir Strategis 

Pola berpikir yang menyajikan lebih dari satu jawaban dikenal dengan pola berpikir divergen. Sedangkan pola berpikir konvergen yaitu pola mencari jawaban "hanya satu" yang benar. Bisa dikatakan bahwa kecenderungan pola berpikir kita lebih kepada pola berpikir konvergen. Hal ini akan menjadi kendala ketika terjadi interaksi internasional yang kebanyakan memiliki pola berpikir divergen.

Kebiasaan berpikir konvergen yang lebih fokus pada detail operasional kongkret lebih diwarnai oleh analisa untuk mendapatkan solusi bukanlah sesuatu yang buruk. Namun pola berpikir ini akan memakan waktu relatif lebih lama dan berputar-putar pada konsep karena mengejar detail, sehingga membuka peluang lebih besar untuk "ketinggalan". Pola berpikir ini kurang mengakomodasi tuntutan dunia yang berubah dan bertransformasi dengan sangat cepat.

 

Artikulasi Diri  

Kemampuan menampilkan diri, ide, maupun pendapat dengan jelas dan komunikatif menjadi makna dari artikulasi diri. Budaya kita lebih menjunjung rasa "sungkan" untuk menyanggah sesuatu yang kita rasakan kurang tepat karena berbagai alasan. Hal ini menjadi salah satu penghalang bagi kita dalam usaha pencapaian kemajuan bangsa.

Sebenarnya, Indonesia tidak kekurangan talenta yang kualitasnya melebihi talenta-talenta luar negeri, namun hanya karena artikulasi diri yang kurang menjadikannya tersisih (selain kendala klasik kurangnya perhatian birokrasi).

Keterbukaan  

Kecenderungan mempertahankan ide dan pendapat yang sudah menjadi suatu kebiasaan menjadi antitesis dari budaya keterbukaan. Nilai budaya ini menjadi salah satu penghalang kemajuan bangsa karena alih-alih mencoba hal-hal baru dengan memodifikasi sesuai dengan kondisi yang sesuai, justru kita lebih memikirkan pada kendala dan masalah yang mungkin akan terjadi. Tidaklah salah mengarah pada tujuan yang sama selama tidak menimbulkan kekakuan berpikir dan menghalangi pelaksanaan proses yang berbeda dalam pencapaian tujuan tersebut.

Kelima nilai-nilai budaya tersebut layak untuk mendapatkan perhatian dalam usaha pencapaian kemajuan bangsa. Meningkatkan nilai-nilai budaya yang sudah baik serta mengurangi bahkan mengubah nilai-nilai budaya yang masih kurang baik menjadi solusi dalam usaha mencapai kemajuan bangsa. Sebagai pendidik, kita awali dari diri sendiri kemudian dapat ditingkatkan dengan penanaman pada peserta-peserta didik kita. Semoga..     

 

Daftar Rujukan

  • Hennida, C. Felayati, R.A. Wijayanti, S.H. & Perdana, A.R. (2017). Budaya dan Pembangunan Ekonomi di Jepang, Korea Selatan, dan China. Jurnal Global & Strategies, vol. 10, no. 2, 248-263.
  • Herman, T. dkk. (2016). Materi Pokok Studi Komparatif Pendidikan Dasar di Berbagai Negara. Penerbitan Universitas Terbuka. Tangerang Selatan.
  • Panggabean, H. Tjitra, H. & Murniati, J. (2013). Kearifan Lokal Keunggulan Global (Cakrawala Baru di Era Globalisasi). PT. Elex Media Komputindo: Jakarta.
  • PresidenRI.go.id. (2016, 13 Juni). Peran Budaya dalam Membangun Bangsa. Diakses pada 24 November 2019, dari http://presidenri.go.id/berita-aktual/peran-budaya-dalam-membangun-bangsa.html.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun